Saya mencoba untuk memahami arti sebenarnya dari sebuah perjalanan dan ternyata perjalanan yang paling berarti bukan terletak di tujuannya melainkan proses perjalanan untuk sampai ke tujuan perjalanan tersebut. Dieng yang terkenal dengan sebutan negeri para Dewa tersebut mampu membuat saya nampak kagum dan tidak bisa berkata apa-apa.
Ketika melihat keindahan demi keindahan disajikan didepan mata, seperti mata tak mau berkedip sedikitpun, ke Dieng tampaknya akan merasa kurang ketika tidak mendaki ke gunung Prau, suguhan sunrise di gunung Prau benar-benar mengagumkan, di puncak gunung prau kita bisa melihat kecantikan dan kegagahan empat gunung sekaligus yaitu gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi dengan suguhan nyanyian kecil dari para burung yang begitu menenangkan hati, saya merasa nyaman sekali berada diatas puncak gunung prau ini, serasa kedamaian hakiki benar-benar saya nikmati di hari itu.
Mau sampai pos 3 Istirahat dulu |
Perjalanan ke daerah Dieng, Wonosobo menurut saya memang bukan perjalanan yang mudah, saya berangkat selasa pagi jam 01.00 pagi dengan memakai bis ekonomi dari terminal Jombor Yogyakarta, beberapa bis patas empat kali melewati saya dan kedua teman saya yang sempat saya stop tapi selalu terlewati begitu saja. Pada jam 03.00 pagi akhirnya bis yang di tunggu-tunggu datang, sebuah bis ekonomi yang mengantarkan kami bertiga ke terminal Magelang, memang harus transit ke terminal magelang dulu karena tidak ada bis langsung ke Wonosobo, baru dari Magelang langsung menuju Wonosobo.
Begitu sampai di Temanggung, saya sempat speachless karena melihat kegagahan Sindoro dan Sumbing yang gagah menantang dan cantik rupawan seperti saya berada di desa yang memang tak ada polusi udara, dan saya sempat bilang di hati saya sendiri.
"Entah saya berada dimana sekarang, tapi ini seperti surga, indah sekali pemandangan kanan kiri, sejauh mata memandang hanya warna hijau dan udara wangi pedesaan, saya sangat rindu sekali dengan suasana seperti ini"
Dieng, Negeri Para Dewa |
Kemudian setelah melewati kota Parakan, kami bertiga disuguhi dengan dinginnya udara Desa, lalu pada akhirnya sekitar jam 07.00 WIB pagi saya dan teman-teman saya sampai di terminal Wonosobo tapi kami bertiga turun di luar terminal karena akan mampir ke tempat teman dekat terminal untuk menikmati makan pagi karena sudah disediakan sebelumnya.
Kami disuguhi tempe Kemul dan nasi Megono, heran saya ada gitu nasi yang namanya aneh, tapi yah inilah Indonesia, terlalu banyak keunikan, makanan yang khas, alamnya yang romantis dan warganya yang sangat ramah, setelah makan pagi dan mandi ( serius itu air dinginnya seperti es batu ) dirumah teman di dekat terminal, pada jam 09.00 WIB tepat kami akhirnya berangkat ke desa Patak Banteng, desa terakhir yang akan kami datangi.
siap siap tidur, dinginn cuy |
Sekedar info jika mau ke gunung Prau dari terminal Wonosobo, bisa naik bis kecil tujuan Kauman, nanti dari Kauman langsung ganti bis kecil lagi menuju Desa Patak Banteng, pos pendakian ada disebelah kiri jalan, nanti langsung turun pas di pos pendakian, gampang kok. Saya dan teman saya ke Gunung Prau minim informasi, tapi akhirnya kami bertiga bisa sampai ke Dieng bahkan sampai kepuncak Gunung Prau.
Jam 10.00 WIB pagi kami bertiga sampai ke Desa Patak Banteng, sebuah Desa yang begitu ramah Masyarakatnya, sekitar 30 menit kami beristirahat di basecamp tersebut akhirnya pada jam 10.30 WIB kami bersiap menjamah Gunung Prau, mencicipi gurihnya tanjakan dan jarang menemukan landai.
Setelah pos 3 tepatnya setelah melewati hutan cemara , tanjakan akan semakin curam, pasir dan debu akan selalu di temui setelah pos 3 menuju puncak, sekitar sejam dari pos 3 ke puncak akhirnya saya dan kedua teman saya sampai puncak, sebuah tempat yang sangat eksotis dan memukau hati, keindahannya yang begitu menawan, disana ada bukit teletubbies, setelah kami bertiga sampai dipuncak kami berniat mencari tempat landai untuk membangun tenda.
baru sampai pos pendakian |
kelihatan kecil semuanya dari atas, POS 3 |
Ada satu kejadian yang kami alami di puncak Prau, sewaktu kami semua mencari tempat landai buat membangun tenda, salah satu teman saya mendengar ada seorang perempuan yang tertawa seperti tertawanya kuntilanak, kami bertiga positif thinking karena kami yakin sebangsa seperti itu tidak akan mengganggu aktifitas kami bertiga, akhirnya tenda di buat di dekat tugu puncak.
Setelah tenda selesai dibuat dan narsis abis dengan view empat gunung tersebut, kami semua tertidur di tenda hanya saja saya lebih memilih tidur di luar tenda sambil menikmati kesejukan udara gunung prau, satu hal yang membuat saya merinding adalah ketika saya tertidur dengan posisi tengkurap tiba-tiba ada suara langkah kaki yang mendekati tenda kami setelah saya lihat ternyata tidak ada, kejadian seperti itu tiga kali dan pada puncaknya dari kejadian tersebut.
Akhirnya salah satu teman saya yang tidur di tenda tiba-tiba terbangun karena merasakan tangannya ada yang menyentuh, lalu tiba-tiba suasana jadi tidak karuan, serba mistis, kami briefing sebentar memutuskan apakah dilanjut bermalam atau tidak, akhirnya kami semua setuju turun, maklum pendaki yang mendaki ke Prau hanya kami bertiga, tak ada orang lain, bukan kami takut tapi kami semua antisipasi jika terjadi apa-apa pada malam hari.
Pada jam 15.30 WIB kami semua turun dan sampai dibawah ba'da magrhib lalu akhirnya kami sampai dengan selamat, melewati perkampungan warga Desa Patak Banteng banyak yang menawari kami untuk menginap dirumahnya mereka, dan ketika selesai makan mie ayam depan pos pendakian GunungPrau, kami menghubungi Mas Edi, orang yang menjaga basecamp dan kami semua akhirnya numpang menginap dirumahnya semalam.
Kejadian tersebut tak pernah kami ceritakan pada warga sana, satu hal yang membuat saya kagum adalah akhirnya saya berkenalan dengan seorang warga disana dan mengobrol dengan warga disana, padahal ini terlihat asing.
NB : Terima kasih mas edi sudah memberikan tumpangan untuk bermalam dan sekedar info jangan pernah meninggalkan jaket hangat karena disana kedinginannya sampai sembilan derajat celsicus
Jejak yang kami ambil di gunung prau :
Papan Nama Pos Pendakian |
Puncak Gunung Prau yang memukau |
Nasi Megono dan tempe kemul, mantap |
hey semuanya hehe |
Bersama mas edi dan mas singgih sedang menghangatkan badan |
2 komentar
Write komentarCoba sekarang mas, ga pernah sepi 😀
Replywah kalau sekarang mahhh membludak om hahahha
ReplyTinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon