Saya selalu tertarik dengan
sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung
dengan masyarakat lereng nya. Ada satu benang merah yang bisa di tarik lurus
antara hubungan orang - orang lereng gunung dengan gunungnya.
Bagi warga Kinahrejo, Gunung merapi bukan hanya sebuah gunung biasa. Merapi mempunyai ratusan atau bahkan ribuan sejarah masa silam yang begitu menarik. Sejarah tentang kerajaan mataram yang menang ketika berperang dengan Pajang, tentang Ki Juru Taman yang menjelma menjadi Mbah Sapu Jagad atau tentang hubungan Merapi dengan Nyai Roro kidul. Dari kisah-kisah sejarah itulah Merapi menjadi tak hanya menarik tapi justru mempunyai daya pikat yang begitu mistis dan mitos yang masih ada sampai hari ini.
Pada tanggal 26 Maret 2016 bulan lalu, saya mempunyai kesempatan yang begitu berharga dan merasa begitu terhormat karena ajakan yang tak biasa. Saya di ajak oleh teman - teman dari Keluarga besar Grama Buana Adventure (GBA) untuk mendaki Merapi dari jalur selatan yaitu dari jalur Kinahrejo atau dari Jogja. Pendakian tersebut adalah pendakian ke 10 dalam rangka pembukaan jalur Kinahrejo yang sudah terlalu lama di tutup tapi juga cukup bahaya untuk di buka. Merapi jalur selatan sudah 10 tahun lebih tertutup setelah erupsi tahun 2006 dan puncaknya di tahun 2010. Puncak garuda yang menjadi favorit pendaki kini sudah runtuh.
Untuk acara pembukaan jalur pendakian ke 10 ini, beberapa tim sudah di pos 4 Mimbar sementara saya termasuk tim 3 yaitu tim yang paling belakang. Tim 3 koordinasinya ke mas Iwan, janjian dengan mas Iwan ketemu di rumahnya pak Badiman, Beberapa teman-teman dari jeep warga Kinahrejo pun juga ikut dalam rangka pendakian pembukaan jalur selatan ini. Tim 3 berjumlah 13 orang dengan tambahan anggota dari Jogja sebanyak 3 orang. Kami akhirnya berangkat dari rumah pak Bediman jam 22.30 dengan kondisi cuaca yang begitu cerah dan di awali dengan trek tanjakan aspal sampai ujung masuk hutan. Kami istirahat di pintu terakhir memasuki hutan, istirahat dan mengatur nafas kembali.
Dari ujung trek aspal, saya dan tim mulai memasuki hutan. Beberapa anggota lain masih di bawah karena masih menunggu teman yang lainnya ambil kunci di rumah pak Bediman dan satu teman lain menggagalkan pendakiannya sendiri karena sudah mulai keseleo. Saya bersama dengan teman-teman jeep Kinahrejo sejumlah 6 orang duluan berangkat, jadi tim 3 di bagi menjadi dua grup, grup depan dan grup belakang, masing masing grup sudah memegang HT untuk komunikasi jarak jauh. Saya di grup depan dan mulai berjalan ber-iringan memecah malam di hutan yang begitu rapat dan lembab, anggota depan memberi kabar ke anggota yang belakang untuk menunggu mereka di pos 1 Sri Manganti.
Awal mula saya kaget sampai ke pos 1 Sri Manganti, beberapa kali saya ke gunung baru kali ini di dalam hutan yang sangat rapat ada sebuah bangunan gapura, seperti pintu gerbang menuju ke sebuah dunia baru, seperti pertanda bahwa “Hey kamu sedang memasuki sebuah wilayah dimana kamu harus bersikap sopan” atau berbagai kemungkinan lainnya yang bersemayam di otak saya.
Apapun itu, pos 1 Sri Manganti pasti mempunyai asal usul yang begitu kental dengan budaya masyarakat Merapi. Di pos 1 ini, saya dan teman – teman lainnya beristirahat sembari menunggu anggota yang di belakang. Ketika anggota belakang sudah datang, mereka kemudian ber-istirahat dan mengatur nafas kembali, sebagian dari mereka mengeluarkan nasi kucing untuk makan malam di karenakan belum makan.
Anggota belakang ketua koordinasinya adalah mas Iwan, ketika pada akhirnya anggota belakang menyerah dan sudah tak mau melanjutkan perjalanan menyusul tim lain ke pos 4 mimbar. Akhirnya, saya berikut teman-teman jeep dari Kinahrejo yang lain berjumlah 6 sama saya yang melanjutkan perjalanan menyusul tim yang di depan yang sudah beristirahat di pos 4 Mimbar.
Apapun itu, pos 1 Sri Manganti pasti mempunyai asal usul yang begitu kental dengan budaya masyarakat Merapi. Di pos 1 ini, saya dan teman – teman lainnya beristirahat sembari menunggu anggota yang di belakang. Ketika anggota belakang sudah datang, mereka kemudian ber-istirahat dan mengatur nafas kembali, sebagian dari mereka mengeluarkan nasi kucing untuk makan malam di karenakan belum makan.
Anggota belakang ketua koordinasinya adalah mas Iwan, ketika pada akhirnya anggota belakang menyerah dan sudah tak mau melanjutkan perjalanan menyusul tim lain ke pos 4 mimbar. Akhirnya, saya berikut teman-teman jeep dari Kinahrejo yang lain berjumlah 6 sama saya yang melanjutkan perjalanan menyusul tim yang di depan yang sudah beristirahat di pos 4 Mimbar.
Pos 1 Sri Manganti |
Setelah berpamitan dengan anggota belakang yang memutuskan untuk tinggal saja di pos 1 Sri Manganti, saya dan tim kemudian berangkat menembus pekat malam dengan rimbunnya rumput-rumput yang meninggi. Pos 2 rudal adalah tujuan kami selanjutnya, disana rencana kami akan memasak mie dan minum kopi sebentar.
Perjalanan dari pos 1 Sri Manganti ke pos 2 rudal memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan trek yang begitu curam dan vegetasi yang sangat rapat. Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam 1 ketika pada akhirnya saya dan tim sudah sampai di pos 2 rudal. Begitu sampai di pos 2 rudal kami langsung membuka tas, mengeluarkan logistik, air dan kompor. Tim yang lain kaget setelah memeriksa tas mereka dan sambal bergumam “Heyalah, logistik ketinggalan di tas yang di bawa mas Iwan, mas Iwan saja di pos 1 masak mau balik lagi”
Akhirnya kami memakan makanan yang ada saja dari pada kelaparan. Di pos 2 rudal istirahat kami sangat lama, begitu lama sampai kepada keputusan akan tidur di pos 2 atau lanjut ke pos 4, tujuan dari basecamp untuk menyusul tim di atas. “Ya kali nginep di pos 2 tanpa pakai tenda, gimana kalua tiba-tiba saja ada macan, kuntilanak, pocong dan babi ngepet” , setelah sekian lama berdiskusi, akhirnya keputusannya kita lanjut sampai pos 4 mimbar.
Perjalanan dari pos 1 Sri Manganti ke pos 2 rudal memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan trek yang begitu curam dan vegetasi yang sangat rapat. Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam 1 ketika pada akhirnya saya dan tim sudah sampai di pos 2 rudal. Begitu sampai di pos 2 rudal kami langsung membuka tas, mengeluarkan logistik, air dan kompor. Tim yang lain kaget setelah memeriksa tas mereka dan sambal bergumam “Heyalah, logistik ketinggalan di tas yang di bawa mas Iwan, mas Iwan saja di pos 1 masak mau balik lagi”
Akhirnya kami memakan makanan yang ada saja dari pada kelaparan. Di pos 2 rudal istirahat kami sangat lama, begitu lama sampai kepada keputusan akan tidur di pos 2 atau lanjut ke pos 4, tujuan dari basecamp untuk menyusul tim di atas. “Ya kali nginep di pos 2 tanpa pakai tenda, gimana kalua tiba-tiba saja ada macan, kuntilanak, pocong dan babi ngepet” , setelah sekian lama berdiskusi, akhirnya keputusannya kita lanjut sampai pos 4 mimbar.
tenda paling mewah di pos 4 mimbar |
Perjalanan di lanjutkan kembali menyusuri gelapnya hutan Merapi yang begitu misterius dengan jalur trek yang sekali lagi bikin saya menggila, tanpa bonus dengan vegetasi yang begitu rapat. Setelah beberapa jam kemudian kami berjalan, sampailah kami di sebuah jurang berupa jembatan berpasir, menguhubungkan antara pos 2 ke pos – pos lainnya.
Sekali lagi, kami istirahat di bibir jurang jembatan berpasir tersebut, makan kembali apa yang perlu di makan, minum cukup sedikit saja yang penting tenggorokan tidak kering. Beberapa menit isitrahat, perjalanan di lanjutkan menyusuri jembatan berpasir, disana sudah ada tali yang di tinggalkan oleh tim depan. Dari jembatan berpasir, sekali lagi sambutan trek kembali curam, paha sudah mulai kram dan keseleo.
Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam 03.30 pagi, tidak terasa jalan terus tanpa harus duduk istirahat, hanya berhenti mengatur nafas dan tidak terasa pula kami sudah sampai di pos 4 mimbar. Kami melewati pos 3 karena belum di berikan tanda oleh tim depan. Saya pikir mereka semua pakai tenda, ternyata yang di depan mata saya mereka tertidur dengan ber alaskan matras dan terpal, begitu ajib. Dan kemudian saya tertidur ngorok begitu saja di jalur air depan dinding batu karena dari saking lelahnya.
Sekali lagi, kami istirahat di bibir jurang jembatan berpasir tersebut, makan kembali apa yang perlu di makan, minum cukup sedikit saja yang penting tenggorokan tidak kering. Beberapa menit isitrahat, perjalanan di lanjutkan menyusuri jembatan berpasir, disana sudah ada tali yang di tinggalkan oleh tim depan. Dari jembatan berpasir, sekali lagi sambutan trek kembali curam, paha sudah mulai kram dan keseleo.
Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam 03.30 pagi, tidak terasa jalan terus tanpa harus duduk istirahat, hanya berhenti mengatur nafas dan tidak terasa pula kami sudah sampai di pos 4 mimbar. Kami melewati pos 3 karena belum di berikan tanda oleh tim depan. Saya pikir mereka semua pakai tenda, ternyata yang di depan mata saya mereka tertidur dengan ber alaskan matras dan terpal, begitu ajib. Dan kemudian saya tertidur ngorok begitu saja di jalur air depan dinding batu karena dari saking lelahnya.
“Merapi mulai berkenalan dengan saya perlahan-lahan, dengan menunjukkan treknya sendiri dan hutannya yang sangat rapat adalah perkenalan yang cukup istimewa. Jalur trek yang cadas dengan vegetasi sekali lagi sangat rapat dan legenda dari segala cerita yang begitu menarik”
“Ayo tangi-tangi, wis isuk sarapan sek ngopi ngopi sek, ayo tangi” Suara Mas Beben memecah pagi itu di pos 4 mimbar, juga memecah kuping saya yang sepertinya baru saja istirahat dan tidur. Beberapa kali saya berusaha kembali memejamkan mata tapi selalu gagal, akhirnya saya memutuskan untuk bangun sekalian mau buang air kecil di sisi hutan.
Saya mencari tim rombongan saya pagi itu dan ternyata sedang asik dan santainya di atas batu sembari makan mie goreng berikut dengan nasinya, saya langsung nimbrung dan melahap nasi yang di suguhkan oleh tim. Waktu di jam tangan terus berdetak, tepat jam 7 pagi. Kemudian tiba-tiba ada ajakan ke puncak oleh Mas Rifki di susul pula ajakan oleh Mas Beben, saya langsung meng-iya kan ajakan tersebut tanpa pikir panjang.
Saya mencari tim rombongan saya pagi itu dan ternyata sedang asik dan santainya di atas batu sembari makan mie goreng berikut dengan nasinya, saya langsung nimbrung dan melahap nasi yang di suguhkan oleh tim. Waktu di jam tangan terus berdetak, tepat jam 7 pagi. Kemudian tiba-tiba ada ajakan ke puncak oleh Mas Rifki di susul pula ajakan oleh Mas Beben, saya langsung meng-iya kan ajakan tersebut tanpa pikir panjang.
Perjalanan ke puncak Merapi adalah perjalanan tentang bagaimana kamu bisa menaklukkan emosimu sendiri.
Saya percaya kata-kata itu karena memang perjalanan ke puncak Merapi jalur Kinahrejo tidak pernah semudah seperti perjalanan ke puncak Merapi jalur Selo. Perjalanan ke puncak Merapi jalur Kinahrejo benar-benar jalur yang begitu rumit dan harus fokus, kekompakan tim lebih di utamakan. Dari pos 4 mimbar, di mulai kembali perjalanan menuju pos 5 kendit. Pos 5 kendit adalah batas vegetasi yang sebenar-benarnya batas karena dari kendit sampai puncak Merapi trek mulai berubah menjadi batu yang begitu labil, terjal dan miring.
Jarak dari pos 4 mimbar ke pos 5 kendit tidak terlalu jauh hanya saja treknya curam dan tak ada bonus, sama sekali tak ada bonus, di butuhkan 30 menit perjalanan vertikal untuk sampai di pos 5 kendit. Begitu sampai di pos 5 kendit, satu persatu kami menaiki bukit batu, trek yang kemudian berganti menjadi trek batu. Sebelum saya menaiki bukit batu, saya tinggalkan jaket saya di pos 5 kendit agar bawaan tak terlalu berat. Dari pos 5 kendit saya tak punya niat untuk sampai puncak karena di atas pos 5 kendit bisa melihat pemandangan yang menakjubkan.
Sepanjang jalur pendakian Merapi dari pos 5 kendit sampai puncak benar-benar trek yang begitu terjal. Sepanjang mata memandang hanya ada batu, batu dan batu. Hal yang paling saya ingat sampai sekarang adalah teriakan mereka yang begitu khas dengan tema yang begitu begitu saja. “Woi awas batuuuuuu” ketika teriakan itu saya dengar, dengan refleks saya langsung mendongak ke atas dan menghindar dengan cepat. Karena ketika kamu menginjak batu jangan terlalu menekan, batu di Merapi begitu rapuh, sekali di injak langsung jatuh ke bawah. Jadi triknya adalah berjalan selaras dan rapat agar batu yang jatuh bisa di tanggulangi dengan cepat.
cuaca yang begitu cerah |
Rasanya saya sudah tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan sampai ke puncak, alasannya adalah trek terjal ini yang begitu curam dan batu yang gampang rapuh. Nafas saya ngos-ngosan, saya sebenarnya sudah mulai lapar dan haus tapi saya tahan terus.
Hingga akhirnya Mas Nurul teriak :
“Fahmie, jangan lewat jalur kanan, lewatnya jalur kiri saja biar ga kena batu, hindari pasir dan ikuti saya, begitu saya berhenti kamu gerak, begitu saya gerak kamu berhenti, begitu seterusnya ya”
“Siap mas “Jawab saya.
Trek Merapi ini benar-benar trek super cadas.
Beberapa jam di jalur begini terus, dan tak terasa setelah melewati tanjakan demi tanjakan curam, akhirnya puncak. Beberapa teman sudah mengibarkan bendera merah putih dan bendera Grama Buana Adventure di atas puncak Merapi jalur Kinahrejo. Akhirnya saya disini, di puncak Merapi dengan view kawah yang menakjubkan.
Belahan gunung ini bisa di lihat terbelah dari Jogja. Ya puncak akhirnya, saya tidak berani berdiri di puncak Merapi ini, alasannya adalah segala batu di puncak benar-benar rapuh dan labil, saya hanya bisa duduk saja dan kamera hp yang tak pernah berhenti jeprat jepret. Gunung ini yang dulu meletus tahun 2010 yang begitru dahsyatnya, gunung yang paling berpengaruh di Indonesia, paling aktif dan paling misterius dengan berjuta juta legenda yang luar biasa.
Belahan gunung ini bisa di lihat terbelah dari Jogja. Ya puncak akhirnya, saya tidak berani berdiri di puncak Merapi ini, alasannya adalah segala batu di puncak benar-benar rapuh dan labil, saya hanya bisa duduk saja dan kamera hp yang tak pernah berhenti jeprat jepret. Gunung ini yang dulu meletus tahun 2010 yang begitru dahsyatnya, gunung yang paling berpengaruh di Indonesia, paling aktif dan paling misterius dengan berjuta juta legenda yang luar biasa.
Tak sampai lama di atas puncak, kami turun. Ya kami turun dengan PR trek yang benar benar berat. Kali ini kami harus berdekatan agar batu yang jatuh tidak terlalu cepat dan bisa segera di tangkap. Saya berada di tim 2, tim 1 sudah duluan berada di bawah tepat di tengah-tengah, ketika pada akhirnya ada sebuah batu yang jatuh dari atas mengenai satu anggota tim yang akhirnya harus di gift. Di tengah -tengah trek mulai memasuki jalur air pula perut saya sudah ga bisa di tahan lagi bersamaan dengan kabut yang datang, saya lapar. Tanpa tahu rasa malu saya kemudian meminta logistik dan air yang masih tersisa sama tim dari pada turun tambah ga fokus kan.
Kami kembali dari puncak, beristirahat sebentar di kendit dan turun lagi ke pos 4 mimbar untuk packing, istirahat dan makan. Menjelang sore setelah packing kami semua berdoa untuk perjalanan turun. Sampai di rumah pak Bediman sehabis adzan maghrib kami di suguhkan soto ayam, moment nya begitu pas, soto ayam tambah teh hangat dan sedikit rokok yang ngebul, sempurna sekali ya kan. Pendakian Merapi jalur Kinahrejo di hari itu di tutup dengan makan soto ayam yang bikin kenyang sekaligus pedas.
The Team |
NB : Jalur pendakian Kinahrejo gunung Merapi adalah jalur yang ga resmi dan bukan untuk umum, penulis mendaki ke Merapi karena gabung acara pembukaan jalur. Pembukaan jalur memerlukan pendakian terus menerus dan pengalihan jalur agar aman. Salam lestari
13 komentar
Write komentarkeren miii *matabelo
ReplyThank you ara, lu kapan2 gw ajakin kalo ada buka jalur lagi yee.. rasakan sensasinya hahaha
ReplyHahhaha pensiuuunn *ngakak :))
Replymau pensiun dini, tapi gimana lagi hahhahahhaa
Replyjadi ingin kesana,bukan karena cerita dari penulis,tapi karena panggilan hati yamg lapar akan keindahan alam ini.salam lestari
Replyjadi ingin kesana,bukan karena cerita dari penulis,tapi karena panggilan hati yamg lapar akan keindahan alam ini.salam lestari
Replyhebatt ms fahmi... sy yg pernah sekali lewat jalur kinahrejo sekitar th 93 tak kuat nyali setelah di area batas vegetasi. hanya sempat naik sekitar 100 m sebelum akhir return. mungkin krn tanpa guide waktu itu..hanya modal nekat.
Replyjembatan pasir itu dulu terkenal dg istilah jembatan setan. karena kanan kiri jurang
Replywahhh berati mas nya sesepuh dong, tahun 1993 kan saya masih kecil hehe..
Replyga ada rencana mau ngulang mas?
salam lestari pokoknya om
ReplyWah keren mas lewat jalur selatan. Sebelum jalur ditutup blm pernah merasakan lewat jalur kinahrejo. Kapan mas ada agenda pendakian lewat selatan lg. Pengen gabung
ReplyAgenda lewat selatan hanya agenda komunitas mas, ini Merapi sedang masuk angin jadi masih belum tau kapan mau naik lagi dari selatan
ReplySeru ceritanya gan.. lanjutkan
ReplySewa Mobil Jogja
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon