Seringkali saya menyebut gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabananya dan pemandangan awan-nya yang meliuk-liuk seperti menari memainkan irama musik dansa yang khas.
Awalnya, Merbabu mempunyai 4 jalur pendakian yang populer di kalangan pendaki ; Jalur Selo, jalur Desa Wekas, Jalur Chuntel dan Jalur Thekelan. Setiap jalur pendakian Merbabu mempunyai khas-nya sendiri seperti jalur Wekas yang selalu curam tapi mempunyai bonus air melimpah di pos 2 dan jalur Selo yang memanjang tapi di jalur Selo jangan mengharapkan ada air melimpah. Setiap jalur di Merbabu mempunyai daya pikat sendiri bagi para pendaki. Baru tahun 2015 kemarin, ada sebuah jalur yang baru muncul dan mulai populer di kalangan pendaki dan penggiat alam bebas yaitu Jalur Suwanting.
Jalur Dusun Suwanting
Sebenarnya jalur pendakian dari Dusun Suwanting sudah ada sejak tahun 1990 dan sering di lewati oleh para pendaki yang terdahulu. Tapi sejak tahun 1998 jalur pendakian dari Dusun Suwanting mulai di tutup, hingga pada akhirnya di buka kembali pada tahun 2015.
Untuk mencapai basecamp Dusun Suwanting sangat mudah jika dari Jogja. Arahnya setelah per-tigaan Borobudur lurus saja, setelah lampu merah dan ada papan penunjuk jalan ber-tuliskan “Ketep Pass” nah kamu mulai belok kanan. Jalur mau ke basecamp Suwanting sama halnya ketika kamu ingin ke basecamp Merapi atau ke Merbabu jalur Selo. Hanya saja ketika sudah menemui simpang dua, kalau turun arah ke selo, kamu ambil aja yang kiri dengan jalur yang menanjak. Tak jauh dari gardu pandang Ketep Pass lokasinya.
Harus di akui bahwa warga Dusun Suwanting benar-benar sangat ramah. Sambutan yang khas ketika sampai di Dusun tersebut ; ketika saya di persilahkan makan cemilan dan di persilahkan duduk oleh Bapak yang rumahnya sebagian ruangannya di jadikan lahan parkir. Saya selalu menemukan orang-orang ramah dan baik di lereng gunung bahkan dengan keadaan mereka yang pas -pasan, sungguh Tuhan menciptakan satu keseimbangan yang tidak pernah timpang bagi alam dan hubungan dengan para manusia-nya.
Bapak ibu lagi bercengkrama |
Full Team |
Setelah selesai menunaikan shalat dzuhur, saya dan tim persiapan berangkat mulai menelusuri jalur barunya Merbabu. Di awali dengan berdo’a bersama, ritual yang tak pernah lupa ketika sebelum mendaki harus di laksanakan dengan seksama dan wajib. Kami berangkat, berjalan perlahan menuju pos ke pos lainnya sebagai formalitas untuk menandai dimana posisi kami berada.
Pendakian di mulai
Jam 12.30 siang setelah ritual doa bersama selesai, saya dan tim mulai berjalan dari basecamp menuju pos 1. Seperti biasa, vegetasi awal kami di sambut dengan kebun-kebun penduduk Dusun Suwanting yang subur. Trek berganti jalan yang di semen menjadi tanah tapi masih melewati kebun-kebun penduduk. pos 1 mulai kelihatan ketika memasuki hutan pinus, dari sini saya dan tim masih istirahat sambil foto-foto karena pemandangan-nya terlalu indah untuk di lewati. Perjalanan dari basecamp ke pos 1 tak sampai 1 jam, mungkin hanya sekitar 30 menit saja jalan santai.
Terima kasih buat mas Mahdi, mas Najieb, mba Aidha dan mas Beben telah mengantar kita sampai pos 1 meski ga ikut sampai atas. Kekompakan tim seperti kalian memang di perlukan. Sekedar info saja kalau mereka bertiga adalah salah satu bagian dari tim Ekspedisi Slamet jalur Desa Bambangan.
Setelah selesai foto-foto, saya dan tim ber-pamitan dengan mas Beben, mas Najieb, mba Aidha dan mas Mahdi untuk melanjutkan perjalanan. Masih banyak kejutan dari trek yang akan kami temui di depan. Saya dan tim kemudian melanjutkan perjalanan pendakian. Tim depan sudah duluan, saya ber-tugas untuk mem-backup tim belakang jadi sepanjang jalan pendakian hanya santai, tak terlalu terburu-buru. Setelah melewati pos 1 jalur masih cukup menanjak, masih di dalam hutan pinus. Tak jauh dari pos 1 kami melewati lembah gosong. Jalur terus menanjak, jarang ada bonus. Sementara vegetasi sudah mulai rapat.
Setelah melewati pos 1 saya dan tim akan melewati 4 lembah sebelum akhirnya sampai pos 2. Mungkin lembah - lembah ini adalah tanda pos bayangan. Beberapa jam sudah pendakian, kami tiba di lembah cemoro. Di lembah tersebut saya makan sekalian istirahat barang sebentar. Nasi goreng yang di beli di basecamp cukup mengenyangkan perut meski kurang asin. Beberapa menit istirahat di lembah cemoro sambal makan dan ber -selfie ria, kami mulai menyusun kekuatan kembali untuk melanjutkan perjalanan, untuk menggapai lembah mitoh (pos 2).
Foto bersama di pos 1 |
Makan Nasi Goreng di Lembah Cemoro |
Perkenalan dengan trek Merbabu jalur Suwanting cukup bikin saya kaget karena nyaris tak ada bonus landai. Ada sedikit landai tapi hanya untuk di pergunakan sebagai tempat istirhat atau tempat yang pas buat bangun tenda. Rekomendasi untuk bangun camp hanya di pos 2 atau pos 3 agar tak terlalu jauh dengan puncak.
Kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2 dari lembah cemoro. Sebelum sampai pos 2 kami akan melewati satu lembah lagi dengan tanjakan jalur yang lumayan curam. Naik terus dan jarang bonus landai. Kondisi vegetasi tak terlalu rapat, hanya trek jalur yang selalu membuat dengkul agak panas, yang bikin terus melangkah adalah bercanda-nya tim yang begitu hangat serasa seperti ada di lingkaran keluarga meski saya baru saja kenal mereka.
Di tengah-tengah sebelum sampai lembah ngrijan kami semua break. Ketika sedang break saya baru ingat tentang amplang. Karena Mas Fadhil katanya yang bawa logistik tim depan saya spontan nanya.
“Mas Fadhil, ada amplang kah di carier mu” tanya saya.
“ga tau nih tapi semua logistik tim depan ada di tasku, di cek dulu deh ya siapa tahu ada” Jawab dia.
Setelah di cek, telusur sampai ke dalam-dalamnya, ternyata benar cemilan amplang rasa kepiting khas Balikpapan itu benar-benar ada di tas-nya Mas Fadhil. Langsung detik itu juga di bagi – bagi dengan yang lain secara perut sudah berbunyi lagi *Perut karet banget *catet.
Nikmat amplang sudah selesai di lahap dengan perlahan-lahan oleh teman-teman tim belakang yang lain. Saatnya melangkah lagi, kami hanya ber - istirahat 15 menit kurang lebih karena mungkin kelamaan makan. Beberapa langkah tak jauh dari kami istirahat sambil makan amplang tadi, tak terasa kami sudah sampai di lembah Ngrijan. Kami lanjut dari lembah Ngrijan menuju pos 2 lembah Mitoh. Tepat jam 16.00 kami sudah menginjakkan kaki di pos 2 lembah Mitoh. Saya pikir tim depan sudah mau sampai pos 3 karena ketika di kejar mereka juga tak kelihatan, ternyata mereka menunggu di pos 2.
Kami baru saja istirahat, Mas Fadhil baru makan nasi goreng. Mba Ipeh baru saja menenggak air botol ke dalam mulutnya, saya baru saja menertawai Rangga yang lagi tak jelas di depan matas saya, tim depan melanjutkan perjalanan dan akan menunggu di camping ground pos 3 tempat istirahat dan ber-malam. Agak lama kami tim belakang break di pos 2, semua aktifitas di lakukan, aktivitas yang tak terlewatkan untuk di lakukan adalah nge-rokok. Ngebul, kadang ketika asap beradu dengan kabut itu seperti tak bisa mem-bedakan lagi. Mungkin karena dua-duanya ber-wujud seperti asap, maybe.
Sebentar lagi ujian demi ujian dari tanjakan masuk hutan Manding akan datang, tanjakan yang benar-benar menguras tenaga dan melemaskan dengkul. Di hutan Manding kami tim belakang lebih banyak break karena tanjakannya yang curam. Mungkin tanjakan itu mempunyai kemiringan 40-60 derajat terus sampai pos air. Setidaknya tanjakan itu cukup sanggup membuat emosi dan lututmu lemas ga karuan
Tapi langkah harus tetap berjalan setapak demi setapak meski lelah, keringat dan kedinginan terus mengikuti. Setelah sekitar 15 menit kami istirahat di pos 2 lembah Mitoh. Perjalanan di lanjutkan ke pos 3 dengan melewati lembah Singo kemudian lembah Manding. Orang-orang basecamp memberi pesan kepada kami sebelum memasuki hutan Manding tepat di tulisan lembah Manding kami di suruh mengucapkan salam. Jarak dari pos 2 ke lembah Manding tak terlalu jauh dan lebih landai, mungkin itu hanya sedikit bonus sebelum tanjakan yang panjang akan di lalui.
Tak lama dari pos 2 lembah Mitoh kami berjalan sampai lembah Manding. Sebelum melewati lembah Manding kami mengucapkan salam dulu. Dari lembah Manding sampai pos 3 terus menerus jalur pendakian begitu curam, sangat curam. Saya menamakan tanjakan hutan Manding dengan sebutan tanjakan Asoy ; tanjakan yang begitu panjang, curam dan licin. Kami semua kemalaman di hutan Manding karena memang terlalu banyak break, trek tanjakan yang curam tak bisa memaksa langkah yang sudah capai.
Lembah Manding (dari sini sampai atas jangan mengharapkan bonus) |
Puncak Trianggulasi |
Tapi bukannya dalam pendakian gunung harus capek, kaki keseleo dan kesabaran di uji itu sudah biasa. Intinya bagaimana kamu bisa mengambil pelajaran dari apa yang telah kamu alami di setiap tanjakan pendakian. Karena pada hakikatnya pendakian ke gunung itu bukan tentang puncaknya. Tapi tentang bagaimana perjalanan pendakian tersebut di lakukan. Tentang puncak, murni itu hanya sebuah bonus dan pilihan.
Setelah melewati tulisan plakat “Lembah Manding”. Tanjakan dengan kemiringan khas gunung Merbabu jalur Suwanting mulai terasa. Tanjakan yang lumayan curam bikin dengkul menjadi lemas. Jadi, tak heran kalau sedikit demi sedikit kami semua berhenti istirahat mengatur nafas. Kurang lebih 2 jam di hajar trek yang curam sampai di plakat bernama “Pos Air”. Mungkin bisa di bilang nge-trek 2 menit dan istirahat 3 menit. Kami kemalaman di hutan Manding dan sekitar jam 20.10 baru sampai pos air. Pos air adalah batas vegetasi hutan Manding dan menuju ke atas pos 3 vegetasi mulai berubah. Dari pos air sampai pos 3 tanjakan masih tetap sama, curam dan meliuk liuk tapi vegetasi hutan sudah tidak di jumpai lagi.
Perjalanan dari pos air ke pos 3 memakan waktu hanya 30 menit dengan tanjakan vertikal. Tepat jam 08.40 kami tim belakang baru sampai di pos 3 sementara tim depan sampai di pos 3 sekitar jam 19.30. Dimana tempat itu begitu luasnya untuk membangun tenda, memasak dan tidur. Tapi saya tak mau melewatkan moment malam hari di gunung apalagi sekelas Merbabu. Jadi saya ajak teman satu tenda saya untuk ngopi dan ngebul sambal ngobrol tentang apapun, ritual yang memang biasa sekali untuk tidak di lewatkan sedetik-pun.
Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam kelam
Tapi aku tak bisa melihat matamu
Aku ingin berdua denganmu di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat
Keresahanmu
Penggalan lagu syahdu dari Payung Teduh di atas mengiringi malam ketika itu di pos 3. Dengan langit yang sedang pesta bintang dan bulan yang seakan terus menampakkan kecantikannya. Dingin masih saja memeluk mesra dengan iringan obrolan bersama kawan di tenda, ah hal yang begini selalu saya rindukan ketika di gunung. Menikmati obrolan dan canda tawa, obrolan tentang perjalanan pendakian yang selalu saja menjadi candu. Seperti tak ingin kehilangan moment kebersamaan meski hanya sedikit tidur, yang pasti kehangatan bersama teman di tenda adalah moment yang paling tak bisa di lupakan begitu saja.
Lautan awan |
Malam itu kami tutup dengan kopi di cangkir yang sudah habis dan rokok yang masih tersisa setengah. Tepat jam 00.30 kami sudah menutup mata meski tak terasa sudah jam 04.00 pagi, saatnya summit. Segala persiapan selesai di siapkan untuk summit, air mineral dan sedikit biskuit untuk pengganjal perut ketika lapar di tengah perjalanan. Dalam perjalanan summit, pemandangan pagi dari sisi merapi memang cukup membuat mata sedikit tak berkedip. Dan lagi, awan yang bergerak tak biasa seperti gelombang di lautan. Dalam hati, sempurna sekali Tuhan menciptakan semesta ini. Selalu bersyukur dengan apa yang telah di ciptakan-Nya.
Sebenarnya di atas puncak Suwanting saja pemandangannya sudah sangat bagus. Tapi, sepertinya memang masih kurang kalau belum sampai. puncak Trianggulasi atau Kenteng Songo. Ketika sesampainya di puncak Suwanting, kami tetap lanjut untuk menggapai puncak Trianggulasi dan Kenteng Songo. Sekitar jam 6.30 pagi kami sudah menginjakkan kaki di atas tanah puncak Trianggulasi sementara tim depan sudah standby di sana. Setelah saling berjabat tangan di puncak, tak lupa kami semua foto bersama dengan kawan-kawan yang lain. Mengabadikan apa yang harus di abadikan termasuk mengabadikan satu cerita tentang gunung Merbabu jalur Suwanting yang penuh dengan cerita yang indah dan seru.
Masih tentang lautan awan |
Terima kasih untuk teman teman yang telah bergabung di pendakian Merbabu jalur Suwanting. Tanpa kalian pendakian ini bukanlah apa-apa. Seperti kata orang-orang “Kalau mau melangkah cepat, berjalanlah sendiri tapi kalau ingin melangkah lebih jauh berjalanlah bersama”
Salam lestari …
NB : Keseluruhan pos Gunung Merbabu jalur Suwanting
- Basecamp
- Pos 1 Lembah Lempong
- Lembah Gosong
- Lembah Cemoro
- Lembah Ngrijan
- Pos 2 Lembah Mitoh
- Lembah Singo
- Lembah Manding
- Hutan Manding
- Pos Air
- Pos 3
- Sabana 1
- Sabana 2
- Sabana 3
- Puncak Suwanting
- Puncak Trianggulasi
- Puncak Kenteng Songo
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon