Saya tak pernah berpikir dan berencana sama sekali kenapa bisa saya kembali ke jalur pendakian yang sebenarnya saya tak ingin kembali lagi sejak 3 tahun yang lalu. Alasan satu-satunya kembali ke jalur pendakian gunung Sindoro adalah ajakan teman sekaligus sahabat yang sulit sekali buat saya tolak, selain alasan itu saya tak punya alasan lagi.
Gunung Sindoro mempunyai
cerita sendiri buat saya dan 15 orang team yang saat itu benar-benar sudah drop
ketika perjalanan turun. Lima belas orang team yang turun dari pos 3 ketika
adzan Maghrib itu benar -benar dibuat nyasar oleh penunggu hutan, turun dari
pos 3 sampai pos 1 dengan jalan yang berkali-kali kami lewat dan lihat, suara
burung gagak bersahutan dan semakin menambah ke-ngerian malam itu. Saya ber-kesimpulan
bahwa jalur yang di lewati kami menjadi panjang.
Sedangkan teman perempuan yang
saat itu jadi sweeper merasakan ada suara sepatu yang menapak ketika sepatu
teman saya di tapakin juga. Semenjak saat itu, saya benar -benar tak ingin
kembali ke Sindoro. Sekitar jam 3 pagi
kami di evakuasi pakai pickup oleh teman dari Wonosobo. Hari ini, teman saya
ngajak kesana (Sindoro) dengan ajakan
yang benar -benar tak bisa saya tolak.
“Untuk membuat cerita tentang masa depan, kau harus melewatinya dengan orang -orang yang spesial dan istimewa”
foto bersama di Basecamp |
sekarang ojek sampe di atas pos 1 |
Kledung,
pagi itu.
Ciri khas Desa Kledung lereng
Gunung Sindoro dan Sumbing biasanya dengan pemandangan
kebun- kebun warga yang begitu rapi dan bau kemenyan dari rokok kretek warga
lereng yang khas. Bau- bau Indonesia yang dari sisi ini selalu bicara tentang
nasionalisme, rokok-rokok kretek yang dihisap berasal dari racikan sendiri. Saya jatuh cinta dengan cara mereka hidup di jaman serba
semrawut seperti hari ini.
Setelah berbagai hal remeh
temeh yang telah kami persiapkan sebelumnya. Logistik, air dan bermacam-macam
makanan kecil yang akan kita bawa nantinya pas mulai mendaki, tepat jam 10 kami
bersiap masing -masing untuk memulai perjalanan yang telah kita mulai. Dari
basecamp Kledung kami naik ojek sampai pos 1, alasanya masuk akal, untuk
menyingkat waktu agar sampai pos 3 tak kemalaman. Sepanjang jalur dari basecamp
pemandangan indah mulai terpancar dengan indahnya, saya menyukai pemandangan
seperti ini tapi tak menyukai ojek yang ngebut di jalan berbatu. Tapi saya tak
ada pilihan lain.
Pos 2 sekarang ditandai oleh shelter |
Buka camp di pos 3 kemudian masak di sponsori oleh emak lambe turah dengan emak lambe nyinyir hahaa |
Dari pos 1 kami memulai perjalanan pendakian untuk menggapai pos 3 dengan akan melewati pos 2. Rencana kami akan beristirahat di pos 2 membuka bekal kopi dan jajanan yang kami bawa dari basecamp. Karena hari masih siang, 30 menit kami istirahat di pos 2. Dalam pendakian ke Sindoro ini beberapa orang yang saya kenal dari mulai adiknya Yuni dan dua orang temannya Rangga. Gunung menyatukan berbagai hal termasuk pertemanan yang baru dikenal.
Pendakian Gunung Sindoro yang
ketiga kalinya ini banyak yang berubah. Pertama dengan adanya ojek sampai di
atas pos 1, kedua dengan berubahnya pos 2 yang dulu tak ada shelter dan
sekarang ada, ketiga adanya warung di pos 3 dengan perluasan yang begitu
signifikan (babi hutan masih men-dominasi
sebagai tuan rumah ). Keberadaan babi hutan dari dulu memang sudah ada,
mungkin itu sudah tanda bahwa yang dominasi wilayah di pos 3 Gunung Sindoro
sekaligus jalur makan mereka adalah babi hutan. Keberadaan mereka tak pernah
berubah dari pertama kali saya ke Gunung Sindoro hingga ketiga kalinya saya
kesana.
Tepat jam 15.30 sore kami
sampai di pos 3 dalam keadaan cuaca gerimis, berkabut dan mendung. Kami meneduh
ditempat bapak -bapak yang mendirikan warung dipos 3, setelah sedikit reda, tim
laki-laki kemudian mendirikan tenda untuk tempat ber-istirahat para emak-emak
lambe turah dan lambe nyinyir hanya bisa melihat sambil nonton, mereka nantinya
bertugas buat masak untuk makan bersama. Sore itu di tutup dengan pemandangan
yang begitu indah dari Gunung Sumbing dan beberapa pendaki yang sedang
menikmati sore dengan begitu sempurna. Kelucuan pendakian Gunung Sindoro ini terletak
ketika sekitar jam 23.00 malam, tiba tiba suara -suara kaki empat mulai
terdengar sayup -sayup antara masih ngantuk dan terjaga.
Curiga itu suara babi,
saya kemudian mengambil heandsfree karena malas mau denger suara babi- babi
sekeluarga yang sedang mencari makan itu. Tapi, rupanya tak sampai di situ
saja. Babi -babi itu sempat mengendus arah pintu tenda, dan yang tidur dekat
pintu tenda adalah temannya Rangga si Ikhwanul. Lebih lucunya lagi, adiknya
Yuni juga dengerin suara babi tepat jam 23.00 WIB. Antara mau ngakak ketika
dengerin cerita adeknya Yuni atau harus haru, ngakak kali ya hehe. Kita masih harus
bersyukur yang cari makan bukan Macan, Serigala atau Anjing hutan karena
urusannya akan lain.
“Kesepakatan dengan team untuk summit yaitu jam 02.30 WIB meskipun yang terjadi di lapangan terlaksana sekitar jam 03.30 WIB menjelang subuh. Tujuaan ke puncak membutuhkan waktu 4 jam normal (Seharusnya).”
Sedikit demi sedikit kami
berjalan pelan namun pasti. Berhenti ketika mendapatan bonus pemandangan yang indah
dan mempesona kemudian kamera yang tak
pernah berhenti untuk merekam setiap moment. Jarak pos 4 memang sedikit lebih
jauh dengan jalur trek yang menanjak, tapi jarak dari pos 4 ke puncak sekitar
satu jam jalan santai tanpa berhenti. Pos 4 adalah pos terakhir sebagai
penanda bahwa perjalanan ke puncak Sindoro sudah sampai setengah jalan,
jaraknya sudah tak jauh lagi dari pos 4, kurang lebih sekitar satu jam. Langkah
sedikit demi sedikit tapi pasti dengan proses kesabaran kami lalui perlahan
lahan untuk menuju puncak.
Puncak Sindoro
Apa yang kamu pikirkan tentang
puncak? Kebanggaan dari sebuah proses adalah salah satu jawaban untuk
menjelaskan tentang puncak. Puncak gunung, puncak apapun yang bermakna
filosofis. Saya tidak selalu mengharapkan puncak, bagi saya puncak adalah
rezeki, bonus dari proses yang telah kita lakukan. Jika gagal menuju puncak
bukan berarti hidup kita juga gagal, puncak tidak akan pernah lari di kejar, juga tidak butuh kita untuk di jejaki. Puncak hanya simbol kebanggaan manusia
karena telah berhasil berproses, karena telah berhasil menaklukkan diri
sendiri, menaklukkan emosi, menaklukkan hawa nafsu, dan menaklukkan segala hal negatif
pada diri kita sendiri.
Pagi itu cuaca masih cerah,
saya dan teman -teman bisa melihat dengan jelas Sumbing yang begitu indah
dengan diamnya, melihat Merapi Merbabu Andong Lawu dan Ungaran dengan begitu
gagah dan mempesona. Tak terasa ketika melihat jam tangan, jarum jam
menunjukkan jam 09.00 WIB dan ada papan nama yang bertuliskan Puncak Sindoro
3153 MDPL. Alhamdulillah tepat jam 09.00 pagi kami sampai puncak, melihat kawah
Sindoro yang sekarang lebih menyeramkan dari pada kawah Sindoro 3 tahun yang
lalu. Bukan itu saja, hutan -hutan sebelum puncakpun juga hangus tak seperti
dulu lagi yang masih hijau.
bersama teman teman dari keluarga GBA |
Suguhan puncak membuat
kawan-kawan saya yang lain begitu sumringah karena kelelahannya terbayar dengan
sesuatu yang begitu indah oleh lukisan Tuhan yang mengagumkan, awan -awan yang
menggumpal meliuk dengan rapi, syahdu dan penuh dengan rindu. Dipuncak kami
bertemu dengan teman- teman GBA (Grama
Buana Adventure), mengabadikan segala hal dengan foto adalah satu satunya
alasan untuk abadikan sebuah moment khususnya dipuncak gunung-gunung tinggi sampai tertinggi.
Thank team ; Dwitain (Adiknya Yuni), Rangga Cipta, Yunianti, Ipeh, Ikhwanurdian, Dadan, Mawaddah, Fahmie Ahmad. Tanpa kalian pendakian ke Sindoro bukanlah apa apa.
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon