MENU

Menu
  • Home
  • #TRAVELNOTE
    • Gunung
    • Refleksi
    • Malam Jumat
    • Cerita Perjalanan
  • LINIMASA
    • Catatan Pinggir
    • Catatan Kaki
  • ABOUT
  • DISCLAIMER
  • KATA-KATA
  • TRAVEL BLOGGER
#Travelnote Gunung Jejak-Jejak Gunung Sindoro

Jejak-Jejak Gunung Sindoro

Gunung
Libur kecil kaum kusam ..
A post shared by Muhammad Fahmie (@fahmieahmadd) on Apr 24, 2017 at 1:42am PDT

Saya tak pernah berpikir dan berencana sama sekali kenapa bisa saya kembali ke jalur pendakian yang sebenarnya saya tak ingin kembali lagi sejak 3 tahun yang lalu. Alasan satu-satunya kembali ke jalur pendakian gunung Sindoro adalah ajakan teman sekaligus sahabat yang sulit sekali buat saya tolak, selain alasan itu saya tak punya alasan lagi.


Gunung Sindoro mempunyai cerita sendiri buat saya dan 15 orang team yang saat itu benar-benar sudah drop ketika perjalanan turun. Lima belas orang team yang turun dari pos 3 ketika adzan Maghrib itu benar -benar dibuat nyasar oleh penunggu hutan, turun dari pos 3 sampai pos 1 dengan jalan yang berkali-kali kami lewat dan lihat, suara burung gagak bersahutan dan semakin menambah ke-ngerian malam itu. Saya ber-kesimpulan bahwa jalur yang di lewati kami menjadi panjang.

Sedangkan teman perempuan yang saat itu jadi sweeper merasakan ada suara sepatu yang menapak ketika sepatu teman saya di tapakin juga. Semenjak saat itu, saya benar -benar tak ingin kembali ke Sindoro.  Sekitar jam 3 pagi kami di evakuasi pakai pickup oleh teman dari Wonosobo. Hari ini, teman saya ngajak kesana (Sindoro) dengan ajakan yang benar -benar tak bisa saya tolak.
“Untuk membuat cerita tentang masa depan, kau harus melewatinya dengan orang -orang yang spesial dan istimewa”

foto bersama di Basecamp


sekarang ojek sampe di atas pos 1

Kledung, pagi itu.
Ciri khas Desa Kledung lereng Gunung Sindoro dan Sumbing biasanya dengan pemandangan kebun- kebun warga yang begitu rapi dan bau kemenyan dari rokok kretek warga lereng yang khas. Bau- bau Indonesia yang dari sisi ini selalu bicara tentang nasionalisme, rokok-rokok kretek yang dihisap berasal dari racikan sendiri. Saya jatuh cinta dengan cara mereka hidup di jaman serba semrawut seperti hari ini.

Setelah berbagai hal remeh temeh yang telah kami persiapkan sebelumnya. Logistik, air dan bermacam-macam makanan kecil yang akan kita bawa nantinya pas mulai mendaki, tepat jam 10 kami bersiap masing -masing untuk memulai perjalanan yang telah kita mulai. Dari basecamp Kledung kami naik ojek sampai pos 1, alasanya masuk akal, untuk menyingkat waktu agar sampai pos 3 tak kemalaman. Sepanjang jalur dari basecamp pemandangan indah mulai terpancar dengan indahnya, saya menyukai pemandangan seperti ini tapi tak menyukai ojek yang ngebut di jalan berbatu. Tapi saya tak ada pilihan lain.
Pos 2 sekarang ditandai oleh shelter 
Buka camp di pos 3 kemudian masak di sponsori oleh emak lambe turah dengan emak lambe nyinyir hahaa

Dari pos 1 kami memulai perjalanan pendakian untuk menggapai pos 3 dengan akan melewati pos 2. Rencana kami akan beristirahat di pos 2 membuka bekal kopi dan jajanan yang kami bawa dari basecamp. Karena hari masih siang, 30 menit kami istirahat di pos 2. Dalam pendakian ke Sindoro ini beberapa orang yang saya kenal dari mulai adiknya Yuni dan dua orang temannya Rangga. Gunung menyatukan berbagai hal termasuk pertemanan yang baru dikenal.

Pendakian Gunung Sindoro yang ketiga kalinya ini banyak yang berubah. Pertama dengan adanya ojek sampai di atas pos 1, kedua dengan berubahnya pos 2 yang dulu tak ada shelter dan sekarang ada, ketiga adanya warung di pos 3 dengan perluasan yang begitu signifikan (babi hutan masih men-dominasi sebagai tuan rumah ). Keberadaan babi hutan dari dulu memang sudah ada, mungkin itu sudah tanda bahwa yang dominasi wilayah di pos 3 Gunung Sindoro sekaligus jalur makan mereka adalah babi hutan. Keberadaan mereka tak pernah berubah dari pertama kali saya ke Gunung Sindoro hingga ketiga kalinya saya kesana.
pos 4
masak di pos 3 setelah kehujanan dari puncak 
bersama sahabat mencari damai

Tepat jam 15.30 sore kami sampai di pos 3 dalam keadaan cuaca gerimis, berkabut dan mendung. Kami meneduh ditempat bapak -bapak yang mendirikan warung dipos 3, setelah sedikit reda, tim laki-laki kemudian mendirikan tenda untuk tempat ber-istirahat para emak-emak lambe turah dan lambe nyinyir hanya bisa melihat sambil nonton, mereka nantinya bertugas buat masak untuk makan bersama. Sore itu di tutup dengan pemandangan yang begitu indah dari Gunung Sumbing dan beberapa pendaki yang sedang menikmati sore dengan begitu sempurna. Kelucuan pendakian Gunung Sindoro ini terletak ketika sekitar jam 23.00 malam, tiba tiba suara -suara kaki empat mulai terdengar sayup -sayup antara masih ngantuk dan terjaga. 

Curiga itu suara babi, saya kemudian mengambil heandsfree karena malas mau denger suara babi- babi sekeluarga yang sedang mencari makan itu. Tapi, rupanya tak sampai di situ saja. Babi -babi itu sempat mengendus arah pintu tenda, dan yang tidur dekat pintu tenda adalah temannya Rangga si Ikhwanul. Lebih lucunya lagi, adiknya Yuni juga dengerin suara babi tepat jam 23.00 WIB. Antara mau ngakak ketika dengerin cerita adeknya Yuni atau harus haru, ngakak kali ya hehe. Kita masih harus bersyukur yang cari makan bukan Macan, Serigala atau Anjing hutan karena urusannya akan lain.

“Kesepakatan dengan team untuk summit yaitu jam 02.30 WIB meskipun yang terjadi di lapangan terlaksana sekitar jam 03.30 WIB menjelang subuh. Tujuaan ke puncak membutuhkan waktu 4 jam normal (Seharusnya).”

Sedikit demi sedikit kami berjalan pelan namun pasti. Berhenti ketika mendapatan bonus pemandangan yang indah dan mempesona kemudian  kamera yang tak pernah berhenti untuk merekam setiap moment. Jarak pos 4 memang sedikit lebih jauh dengan jalur trek yang menanjak, tapi jarak dari pos 4 ke puncak sekitar satu jam jalan santai tanpa berhenti. Pos 4 adalah pos terakhir sebagai penanda bahwa perjalanan ke puncak Sindoro sudah sampai setengah jalan, jaraknya sudah tak jauh lagi dari pos 4, kurang lebih sekitar satu jam. Langkah sedikit demi sedikit tapi pasti dengan proses kesabaran kami lalui perlahan lahan untuk menuju puncak.

Puncak Sindoro
Apa yang kamu pikirkan tentang puncak? Kebanggaan dari sebuah proses adalah salah satu jawaban untuk menjelaskan tentang puncak. Puncak gunung, puncak apapun yang bermakna filosofis. Saya tidak selalu mengharapkan puncak, bagi saya puncak adalah rezeki, bonus dari proses yang telah kita lakukan. Jika gagal menuju puncak bukan berarti hidup kita juga gagal, puncak tidak akan pernah lari di kejar, juga tidak butuh kita untuk di jejaki. Puncak hanya simbol kebanggaan manusia karena telah berhasil berproses, karena telah berhasil menaklukkan diri sendiri, menaklukkan emosi, menaklukkan hawa nafsu, dan menaklukkan segala hal negatif pada diri kita sendiri.

Pagi itu cuaca masih cerah, saya dan teman -teman bisa melihat dengan jelas Sumbing yang begitu indah dengan diamnya, melihat Merapi Merbabu Andong Lawu dan Ungaran dengan begitu gagah dan mempesona. Tak terasa ketika melihat jam tangan, jarum jam menunjukkan jam 09.00 WIB dan ada papan nama yang bertuliskan Puncak Sindoro 3153 MDPL. Alhamdulillah tepat jam 09.00 pagi kami sampai puncak, melihat kawah Sindoro yang sekarang lebih menyeramkan dari pada kawah Sindoro 3 tahun yang lalu. Bukan itu saja, hutan -hutan sebelum puncakpun juga hangus tak seperti dulu lagi yang masih hijau.


bersama teman teman dari keluarga GBA

Suguhan puncak membuat kawan-kawan saya yang lain begitu sumringah karena kelelahannya terbayar dengan sesuatu yang begitu indah oleh lukisan Tuhan yang mengagumkan, awan -awan yang menggumpal meliuk dengan rapi, syahdu dan penuh dengan rindu. Dipuncak kami bertemu dengan teman- teman GBA (Grama Buana Adventure), mengabadikan segala hal dengan foto adalah satu satunya alasan untuk abadikan sebuah moment khususnya dipuncak gunung-gunung tinggi sampai tertinggi.

Thank team ; Dwitain (Adiknya Yuni), Rangga Cipta, Yunianti, Ipeh, Ikhwanurdian, Dadan, Mawaddah, Fahmie Ahmad. Tanpa kalian pendakian ke Sindoro bukanlah apa apa. 




travelnote

Author : travelnote

Share this

Related Posts

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon

Subscribe to: Post Comments (Atom)

sering dibaca

  • GILI LABAK, SEPOTONG SURGA DI TIMUR MADURA
    Full tim kecuali bapak-bapaknya ( Foto di pelabuhan Kalianget )  Di pagi hari itu, tanggal 25 mei 2014, tepat  jam 03.30 pag...
  • Merapi Jalur Kinahrejo
    Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng n...
  • WISATA ALAM POSONG
    Lanskap Posong dengan latar Gunung Sindoro Hari minggu kemarin, saya menyempatkan mengisi liburan ke taman wisata alam Posong yang ter...
  • Gunung Lawu jalur Candi Cetho (cerita foto)
    Gunung Lawu terletak diantara Desa Karanganyar Jawa tengah  yang juga berbatasan dengan Magetan Jawa timur mempunya 3 jalur pendakian res...
  • Membaca Diri
    Pada perjalanan yg menghangatkan ingatan. Langkah kaki gontai mengarah pada tujuan yg tak kunjung datang. Pelantun lagu kebeb...
  • Merbabu, Jalur Suwanting.
    Seringkali saya menyebut  gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabanany...
  • Gunung Prau Yang Menawan
    Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali ini saya ke Gunung P...
  • Rindu (MONOLOG PAGI)
    Menunggu senja di pantai dekat rumah Rumah bagi saya adalah tempat yang begitu teduh, nyaman dan tenang. Rumah adalah surg...

media sosial


Copyright © #Travelnote
Created by Arlina Design | Distributed By Gooyaabi Templates