MENU

Menu
  • Home
  • #TRAVELNOTE
    • Gunung
    • Refleksi
    • Malam Jumat
    • Cerita Perjalanan
  • LINIMASA
    • Catatan Pinggir
    • Catatan Kaki
  • ABOUT
  • DISCLAIMER
  • KATA-KATA
  • TRAVEL BLOGGER
#Travelnote Gunung Gunung Lawu via Cemoro Sewu

Gunung Lawu via Cemoro Sewu

Gunung


Lokasi Cemoro Sewu berbatasan dengan wilayah Magetan, basecamp pendakiannya tepat di samping loket pembayaran simaksi. Di area basecamp banyak yang berjualan makan dan oleh - oleh, suasana yang dingin khas dataran tinggi. Banyak pendaki yang bilang kalau ke Gunung Lawu via Cemoro Sewu sama saja lewat jalan tol karena trek berbatu yang sudah dibuat dengan rapi sampai atas, jadi jalur pendakian sudah jelas, berbeda jauh jika lewat jalur Candi Cetho atau Cemoro Kandang yang harus melewati hutan dan jalan tanah setapak. 

"Cemoro sewu adalah jalur pendakian yang sering di lewati oleh para peziarah dan para pelaku spiritual Jawa, selain karena aksesnya lebih mudah pun jalur treknya sudah jelas, mereka juga datang dari berbagai daerah di Jawa. "

Setiap jalur pendakian memiliki keindahan masing-masing, misalnya di jalur Cemoro Sewu ada pemandangan indah di pos 4, kemudian di pos 5 ada warung makan yang biasanya menyuguhkan nasi pecel khas Jawa Timur. Camping yang paling rekomendasi di jalur Cemoro Sewu adalah Sendang Drajad tepat depan warung, disana juga ada semacam goa kecil yang hanya pas buat satu tenda saja dan dijamin aman dari serangan badai.





Jarak dari Sendang Drajad ke Hargo Dumilah hanya satu jam-an, paling cepat 30 menit saja, dari Sendang Drajad terhampar segala keindahan Gunung Lawu yang indah dan menawan, mungkin karena keindahan ini pula Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir memilih Gunung Lawu sebagai tempat moksa.

Warung makan khas nasi pecel Jawa Timur, Magetan, bukan saja dijual di warungnya mbok Yem tapi juga dibeberapa warung yang lainnya, juga di pos 5 ada warung dan juga di Sendang Drajad. Sebenarnya keberadaan warung-warung makan tersebut diperuntukkan oleh para peziarah atau para pelaku spiritual yang datang ke Gunung Lawu. Keberadaan Gunung Lawu bukan saja di lihat dari sisi keindahan semata tapi juga dari sisi mistisnya, berbagai mitos lahir seiring dengan sejarah Gunung Lawu tersebut, salah satunya keberadaan pasar dieng dan burung Jalak Gading.

  • Pasar Dieng ; Disebut juga sebagai pasar setan, pasa legenda yang kadang bikin tersesat para pendaki atau sayup-sayup ada suara ramai orang yang sedang berjualan padahal tidak ada apa-apa. Biasanya jika ada pendaki yang penasaran sama suara tersebut bisa-bisa tak kembali lagi. Konon, dulu di lereng Gunung Lawu pernah ada kampung yang menghilang secara misterius.
  • Burung Jalak ; Jalak Gading atau yang disebut orang-orang sebagai Kyai Jalak Lawu sebenarnya bernama asli Wangsa Menggala. Menurut cerita, Wangsa Menggala dan Sunan Lawu atau yang bernama Dipo Menggala mengantar sekaligus mencari tempat untuk Prabu Brawijaya V untuk moksa. 



Titik utama yang penting di Gunung Lawu ada di tiga tempat; Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah sebagai puncak tertinggi.  Konon di puncak Hargo Dumilah tersebut Prabu Brawijaya V moksa, lenyap begitu saja bersama jasadnya,  maka jangan heran jika ketika di Gunung Lawu bertemu atau melihat beberapa orang membawa dupa, kemenyan atau menaruh sesajen dibeberapa tempat, mereka adalah para pelaku spiritual dan biasanya mereka hanya pakai sandal jepit.

Di sarankan bagi yang mau ke Gunung Lawu lewat jalur pendakian mana saja diharapkan untuk menjaga etika dan kelakuan, karena bukan tidak mungkin sesuatu di luar logika akan terjadi. Jika kita tidak mempercayai suatu mitos yang dipercaya sama masyarakat setempat, paling tidak kita menghormatinya sebagai suatu kearifan lokal. 
Tiga kali saya silaturahmi ke Gunung Lawu, dua kali melewati Cemoro Sewu dan sekali melewati Candi Cetho, jalur pendakian antara Cemoro Sewu dengan Candi Cetho jika di bandingkan bedanya sangat jauh tapi mau bagaimanapun, ada sisi-sisi lain yang sama dengan jalur pendakian lainnya, mitos dan sejarah yang sama, dengan trek pendakian yang jauh berbeda.

Alhamdulillah dua kali saya melewati jalur Cemoro Sewu tidak pernah bertemu dengan sesuatu yang aneh-aneh, dan syukur Alhamdulillah setelah pos bayangan tepat di pos 1 saya bertemu dengan gorengan, semangka dan teh hangat. hehe.

"Pesan saya, naik gunung yang paling penting adalah jangan pernah menyombongkan diri ketika berada di semesta alam, karena kita hanya setitik debu diantara ribuan semesta jagad yang sangat besar. "





Salam Lestari .. 
travelnote

Author : travelnote

Share this

Google Facebook Twitter More
  • Digg
  • Linkedin
  • Stumbleupon
  • Delicious
  • Tumblr
  • BufferApp
  • Pocket
  • Evernote

Related Posts

  • Merawat Semesta Melalui Aksi Bakti Untuk Alam 2019 Foto bersama kelompok 3 Kita mempunyai cara masing-masing untuk merawat alam, ada yang mengambil sampah-sampa
  • Keindahan Gunung Merbabu Gunung selalu memberikan suguhan yang begitu menarik bagi mereka yang menikmatinya, keindahan demi keindahan seakan t
  • Gunung Prau Yang Menawan Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali
  • Merapi (Sekali lagi) Merapi team "Dalam sebuah cerita-cerita kuno dari mulut ke mulut rakyat jelata di tanah jawa, Merapi adalah
Next
Selamat Hari Blogger Nasional
Previous
Akhirnya Nikahhh!!!

2 komentar

Write komentar
Bara Anggara
16 October, 2018 delete

Kadang mitos dan cerita mistis gitu bikin makin penasaran sih,, tapi syukur deh kalau gak pernah diganggu sama yg aneh2 begitu..

Itu ga ngeri ada binatang kaya ular atau kalajengking di gua kecil itu?

-Traveler Paruh Waktu

Reply
avatar
travelnote
26 October, 2018 delete

ya mas, cerita mistis memang selalu bikin penasaran karena juga ada hubungannya dengan cerita sejarah suatu tempat tersebut, alhamdulillah ke Lawu hanya bertemu dengan nasi pecel dan gorengan dan beberapa pendaki yang ramah hehe..

Mengenai goa kecil itu, sebenarnya ga ada apa-apa di dalamnya insya Allah ga ngeri hehe, goa tersebut sering di pakai sama para pendaki untuk menghindari badai.

makasih mas Bara sudah mau meninggalkan jejak

Reply
avatar

Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng
Subscribe to: Post Comments (Atom)

sering dibaca

  • GILI LABAK, SEPOTONG SURGA DI TIMUR MADURA
    Full tim kecuali bapak-bapaknya ( Foto di pelabuhan Kalianget )  Di pagi hari itu, tanggal 25 mei 2014, tepat  jam 03.30 pag...
  • Merapi Jalur Kinahrejo
    Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng n...
  • WISATA ALAM POSONG
    Lanskap Posong dengan latar Gunung Sindoro Hari minggu kemarin, saya menyempatkan mengisi liburan ke taman wisata alam Posong yang ter...
  • Gunung Lawu jalur Candi Cetho (cerita foto)
    Gunung Lawu terletak diantara Desa Karanganyar Jawa tengah  yang juga berbatasan dengan Magetan Jawa timur mempunya 3 jalur pendakian res...
  • Membaca Diri
    Pada perjalanan yg menghangatkan ingatan. Langkah kaki gontai mengarah pada tujuan yg tak kunjung datang. Pelantun lagu kebeb...
  • Merbabu, Jalur Suwanting.
    Seringkali saya menyebut  gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabanany...
  • Gunung Prau Yang Menawan
    Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali ini saya ke Gunung P...
  • Rindu (MONOLOG PAGI)
    Menunggu senja di pantai dekat rumah Rumah bagi saya adalah tempat yang begitu teduh, nyaman dan tenang. Rumah adalah surg...

media sosial


Copyright © 2025 #Travelnote
Created by Arlina Design