View Puncak Bukit Sikunir |
Bagi saya, Dieng adalah tempat yang paling romantis yang pernah saya datangi setelah Bromo. Di sana kamu akan mendapatkan suguhan yang paling indah dan menarik yang belum kamu jumpai di tempat yang lain. Saya lebih menyukai Dieng dengan panggilan "Tempat Persemayaman Para Dewa". Karena, selain kamu mendapatkan wisata yang menarik, di Dieng kamu juga akan mendapatkan berbagai mitos masyarakat lokal yang masih sangat kental dengan tradisi leluhur mereka yang terdahulu, salah satunya tentang anak gimbal.
Pertama kali ke sana, saya di serang oleh dingin yang begitu hebat dan harus punya cara agar dingin tidak terlalu saya rasakan. Start jam 2.30 pagi dari Desa Patak Banteng dengan rental motor teman, saya dan ketiga orang teman Traveler lainnya berangkat dengan menahan dingin yang sangat hebat. Bisa di bayangkan dinginnya Dieng pada jam tersebut, hampir minus 5 derajat. Demi mengejar matahari yang akan terbit dari ufuk timur dan demi keindahan yang akan di dapatkan di puncak Bukit Sikunir. Sepanjang jalan menuju Bukit Sikunir saya hanya bisa menahan dingin menggigil dan tampaknya yang di jalan utama hanya kami berempat saja, tidak ada orang lain, sesekali ada mobil yang mendahului kami.
Papan Peraturan di Bukit Sikunir |
Semacam dimana gitu hehe |
Sekitar jam 04.30 pagi begitu adzan subuh berkumandang di masjid Desa Sembungan, saya dan ketiga teman saya sampai di parkiran Bukit Sikunir. Di parkiran ini, banyak warung-warung makan atau warung sekedar untuk minum kopi atau sekedar buat beli oleh-oleh souvenir dari Bukit Sikunir, semuanya lengkap dan tersaji begitu rapi. Setelah membayar uang masuk sebesar Rp.4000 kami melanjutkan perjalanan ke atas puncak dengan berjalan kaki, berkisar sekitar 30 menit saja dan di pertengahan jalan kami sudah di suguhi dengan pemandangan yang menawan. Tidak ada lagi kata-kata sepanjang jalan ini, hanya mata yang memandang kemana-mana dan kulit yang kedinginan, begitu lengkap demi sesuatu yang akan kami dapatkan di atas puncak nanti. Tapi entah kenapa di pertengahan jalan menuju Bukit Sikunir saya malah merindukan mie kuah rasa kari ayam dengan irisan cabe dan potongan tomat kemudian di campur dengan telur dan di sajikan tidak terlalu mateng. Sepertinya saya memang benar-benar kelaparan tapi rasa lapar itu saya sembunyikan biar bisa makan puas nanti setelah habis menyaksikan lukisan yang begitu indah karya Tuhan Sang Pencipta Alam.
Mereka ini pemburu Golden Sunrise Bukit Sikunir |
Ini udah Golden Sunrise belum? hehe |
Dan, sampai sudah puncak Bukit Sikunir. Kebiasaan saya melihat hal yang beginian selalu diam seribu bahasa, entahlah, terkadang saya merasa heran sendiri "Kenapa saya baru saja kesini". Tapi saya justru lebih bersyukur bahwa saya mendapatkan kesempatan yang begitu berharga untuk menikmati lukisan yang Tuhan berikan kepada seluruh umat manusia ini, sebuah kesempatan yang benar-benar tidak boleh di lewatkan. View Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi dan Merbabu tampak dari kejauhan dari atas puncak ini. Ketika kamu sampai puncak Bukit Sikunir, bukan dingin yang akan kamu rasakan, justru kamu akan melupakan dingin yang kamu rasakan tersebut, percaya deh.
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon