MENU

Menu
  • Home
  • #TRAVELNOTE
    • Gunung
    • Refleksi
    • Malam Jumat
    • Cerita Perjalanan
  • LINIMASA
    • Catatan Pinggir
    • Catatan Kaki
  • ABOUT
  • DISCLAIMER
  • KATA-KATA
  • TRAVEL BLOGGER
#Travelnote Gunung Merapi Jalur Kinahrejo

Merapi Jalur Kinahrejo

Gunung


Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng nya. Ada satu benang merah yang bisa di tarik lurus antara hubungan orang - orang lereng gunung dengan gunungnya.


Bagi warga Kinahrejo, Gunung merapi bukan hanya sebuah gunung biasa. Merapi mempunyai ratusan atau bahkan ribuan sejarah masa silam yang begitu menarik. Sejarah tentang kerajaan mataram yang menang ketika berperang dengan Pajang, tentang Ki Juru Taman yang menjelma menjadi Mbah Sapu Jagad atau tentang hubungan Merapi dengan Nyai Roro kidul. Dari kisah-kisah sejarah itulah Merapi menjadi tak hanya menarik tapi justru mempunyai daya pikat yang begitu mistis dan mitos yang masih ada sampai hari ini.
Pada tanggal 26 Maret 2016 bulan lalu, saya mempunyai kesempatan yang begitu berharga dan merasa begitu terhormat karena ajakan yang tak biasa. Saya di ajak oleh teman - teman dari Keluarga besar Grama Buana Adventure (GBA) untuk mendaki Merapi dari jalur selatan yaitu dari jalur Kinahrejo atau dari Jogja. Pendakian tersebut adalah pendakian ke 10 dalam rangka pembukaan jalur Kinahrejo yang sudah terlalu lama di tutup tapi juga cukup bahaya untuk di buka. Merapi jalur selatan sudah 10 tahun lebih tertutup setelah erupsi tahun 2006 dan puncaknya di tahun 2010. Puncak garuda yang menjadi favorit pendaki kini sudah runtuh.

Untuk acara pembukaan jalur pendakian ke 10 ini, beberapa tim sudah di pos 4 Mimbar sementara saya termasuk tim 3 yaitu tim yang paling belakang. Tim 3 koordinasinya ke mas Iwan, janjian dengan mas Iwan ketemu di rumahnya pak Badiman, Beberapa teman-teman dari jeep warga Kinahrejo pun juga ikut dalam rangka pendakian pembukaan jalur selatan ini. Tim 3 berjumlah 13 orang dengan tambahan anggota dari Jogja sebanyak 3 orang. Kami akhirnya berangkat dari rumah pak Bediman jam 22.30 dengan kondisi cuaca yang begitu cerah dan di awali dengan trek tanjakan aspal sampai ujung masuk hutan. Kami istirahat di pintu terakhir memasuki hutan, istirahat dan mengatur nafas kembali.
Meeting point dan sekaligus basecamp di sini , Rumah Pak Badiman.
Kumpul tim 3 
Dari ujung trek aspal, saya dan tim mulai memasuki hutan. Beberapa anggota lain masih di bawah karena masih menunggu teman yang lainnya ambil kunci di rumah pak Bediman dan satu teman lain menggagalkan pendakiannya sendiri karena sudah mulai keseleo. Saya bersama dengan teman-teman jeep Kinahrejo sejumlah 6 orang duluan berangkat, jadi tim 3 di bagi menjadi dua grup, grup depan dan grup belakang, masing masing grup sudah memegang HT untuk komunikasi jarak jauh. Saya di grup depan dan mulai berjalan ber-iringan memecah malam di hutan yang begitu rapat dan lembab, anggota depan memberi kabar ke anggota yang belakang untuk menunggu mereka di pos 1 Sri Manganti.
Awal mula saya kaget sampai ke pos 1 Sri Manganti, beberapa kali saya ke gunung baru kali ini di dalam hutan yang sangat rapat ada sebuah bangunan gapura, seperti  pintu gerbang menuju ke sebuah dunia baru, seperti pertanda bahwa “Hey kamu sedang memasuki sebuah wilayah dimana kamu harus bersikap sopan” atau berbagai kemungkinan lainnya yang bersemayam di otak saya.

Apapun itu, pos 1 Sri Manganti pasti mempunyai asal usul yang begitu kental dengan budaya masyarakat Merapi. Di pos 1 ini, saya dan teman – teman lainnya beristirahat sembari menunggu anggota yang di belakang. Ketika anggota belakang sudah datang, mereka kemudian ber-istirahat dan mengatur nafas kembali, sebagian dari mereka mengeluarkan nasi kucing untuk makan malam di karenakan belum makan.

Anggota belakang ketua koordinasinya adalah mas Iwan, ketika pada akhirnya anggota belakang menyerah dan sudah tak mau melanjutkan perjalanan menyusul tim lain ke pos 4 mimbar. Akhirnya, saya berikut teman-teman jeep dari Kinahrejo yang lain berjumlah 6 sama saya yang melanjutkan perjalanan menyusul tim yang di depan yang sudah beristirahat di pos 4 Mimbar.


Pos 1 Sri Manganti

Pos 2 Rudal

Setelah berpamitan dengan anggota belakang yang memutuskan untuk tinggal saja di pos 1 Sri Manganti, saya dan tim kemudian berangkat menembus pekat malam dengan rimbunnya rumput-rumput yang meninggi. Pos 2 rudal adalah tujuan kami selanjutnya, disana rencana kami akan memasak mie dan minum kopi sebentar.

Perjalanan dari pos 1 Sri Manganti ke pos 2 rudal memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan trek yang begitu curam dan vegetasi yang sangat rapat. Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam 1 ketika pada akhirnya saya dan tim sudah sampai di pos 2 rudal. Begitu sampai di pos 2 rudal kami langsung membuka tas, mengeluarkan logistik, air dan kompor. Tim yang lain kaget setelah memeriksa tas mereka dan sambal bergumam “Heyalah, logistik ketinggalan di tas yang di bawa mas Iwan, mas Iwan saja di pos 1 masak mau balik lagi”

Akhirnya kami memakan makanan yang ada saja dari pada kelaparan. Di pos 2 rudal istirahat kami sangat lama, begitu lama sampai kepada keputusan akan tidur di pos 2 atau lanjut ke pos 4, tujuan dari basecamp untuk menyusul tim di atas. “Ya kali nginep di pos 2 tanpa pakai tenda, gimana kalua tiba-tiba saja ada macan, kuntilanak, pocong dan babi ngepet” , setelah sekian lama berdiskusi, akhirnya keputusannya kita lanjut sampai pos 4 mimbar.
Jembatan pasir, penghubung dari pos ke pos lainnya 



tenda paling mewah di pos 4 mimbar


Perjalanan di lanjutkan kembali menyusuri gelapnya hutan Merapi yang begitu misterius dengan jalur trek yang sekali lagi bikin saya menggila, tanpa bonus dengan vegetasi yang begitu rapat. Setelah beberapa jam kemudian kami berjalan, sampailah kami di sebuah jurang berupa jembatan berpasir, menguhubungkan antara pos 2 ke pos – pos lainnya.

Sekali lagi, kami istirahat di bibir jurang jembatan berpasir tersebut, makan kembali apa yang perlu di makan, minum cukup sedikit saja yang penting tenggorokan tidak kering. Beberapa menit isitrahat, perjalanan di lanjutkan menyusuri jembatan berpasir, disana sudah ada tali yang di tinggalkan oleh tim depan. Dari jembatan berpasir, sekali lagi sambutan trek kembali curam, paha sudah mulai kram dan keseleo.

Jam di tangan saya sudah menunjukkan jam 03.30 pagi, tidak terasa jalan terus tanpa harus duduk istirahat, hanya berhenti mengatur nafas dan tidak terasa pula kami sudah sampai di pos 4 mimbar. Kami melewati pos 3 karena belum di berikan tanda oleh tim depan. Saya pikir mereka semua pakai tenda, ternyata yang di depan mata saya mereka tertidur dengan ber alaskan matras dan terpal, begitu ajib. Dan kemudian saya tertidur ngorok begitu saja di jalur air depan dinding batu karena dari saking lelahnya.

“Merapi mulai berkenalan dengan saya perlahan-lahan, dengan menunjukkan treknya sendiri dan hutannya yang sangat rapat adalah perkenalan yang cukup istimewa. Jalur trek yang cadas dengan vegetasi sekali lagi sangat rapat dan legenda dari segala cerita yang begitu menarik”

“Ayo tangi-tangi, wis isuk sarapan sek ngopi ngopi sek, ayo tangi” Suara Mas Beben memecah pagi itu di pos 4 mimbar, juga memecah kuping saya yang sepertinya baru saja istirahat dan tidur. Beberapa kali saya berusaha kembali memejamkan mata tapi selalu gagal, akhirnya saya memutuskan untuk bangun sekalian mau buang air kecil di sisi hutan.

Saya mencari tim rombongan saya pagi itu dan ternyata sedang asik dan santainya di atas batu sembari makan mie goreng berikut dengan nasinya, saya langsung nimbrung dan melahap nasi yang di suguhkan oleh tim. Waktu di jam tangan terus berdetak, tepat jam 7 pagi. Kemudian tiba-tiba ada ajakan ke puncak oleh Mas Rifki di susul pula ajakan oleh Mas Beben, saya langsung meng-iya kan ajakan tersebut tanpa pikir panjang.

Pemandangan yang luar biasa 
Yang biru selalu indah 


Perjalanan ke puncak Merapi adalah perjalanan tentang bagaimana kamu bisa menaklukkan emosimu sendiri.
Saya percaya kata-kata itu karena memang perjalanan ke puncak Merapi jalur Kinahrejo tidak pernah semudah seperti perjalanan ke puncak Merapi jalur Selo. Perjalanan ke puncak Merapi jalur Kinahrejo benar-benar jalur yang begitu rumit dan harus fokus, kekompakan tim lebih di utamakan. Dari pos 4 mimbar, di mulai kembali perjalanan menuju pos 5 kendit. Pos 5 kendit adalah batas vegetasi yang sebenar-benarnya batas karena dari kendit sampai puncak Merapi trek mulai berubah menjadi batu yang begitu labil, terjal dan miring.
Jarak dari pos 4 mimbar ke pos 5 kendit tidak terlalu jauh hanya saja treknya curam dan tak ada bonus, sama sekali tak ada bonus, di butuhkan 30 menit perjalanan vertikal untuk sampai di pos 5 kendit. Begitu sampai di pos 5 kendit, satu persatu kami menaiki bukit batu, trek yang kemudian berganti menjadi trek batu. Sebelum saya menaiki bukit batu, saya tinggalkan jaket saya di pos 5 kendit agar bawaan tak terlalu berat. Dari pos 5 kendit saya tak punya niat untuk sampai puncak karena di atas pos 5 kendit bisa melihat pemandangan yang menakjubkan.
Sepanjang jalur pendakian Merapi dari pos 5 kendit sampai puncak benar-benar trek yang begitu terjal. Sepanjang mata memandang hanya ada batu, batu dan batu. Hal yang paling saya ingat sampai sekarang adalah teriakan mereka yang begitu khas dengan tema yang begitu begitu saja. “Woi awas batuuuuuu” ketika teriakan itu saya dengar, dengan refleks saya langsung mendongak ke atas dan menghindar dengan cepat. Karena ketika kamu menginjak batu jangan terlalu menekan, batu di Merapi begitu rapuh, sekali di injak langsung jatuh ke bawah. Jadi triknya adalah berjalan selaras dan rapat agar batu yang jatuh bisa di tanggulangi dengan cepat.
Trek menuju puncak

cuaca yang begitu cerah 

Setelah melewati jalur air, trek kemudian berubah menjadi batu yang begitu labil dan mudah rapuh ketika di injak. Batu yang labil, trek dengan kemiringan 60-80 derajat dan jantung yang berdegup kencang kalau – kalau ada batu yang jatuh dari atas.
Rasanya saya sudah tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan sampai ke puncak, alasannya adalah trek terjal ini yang begitu curam dan batu yang gampang rapuh. Nafas saya ngos-ngosan, saya sebenarnya sudah mulai lapar dan haus tapi saya tahan terus.
Hingga akhirnya Mas Nurul teriak :
“Fahmie, jangan lewat jalur kanan, lewatnya jalur kiri saja biar ga kena batu, hindari pasir dan ikuti saya, begitu saya berhenti kamu gerak, begitu saya gerak kamu berhenti, begitu seterusnya ya”  
“Siap mas “Jawab saya.
Trek Merapi ini benar-benar trek super cadas.

Beberapa jam di jalur begini terus, dan tak terasa setelah melewati tanjakan demi tanjakan curam, akhirnya puncak. Beberapa teman sudah mengibarkan bendera merah putih dan bendera Grama Buana Adventure di atas puncak Merapi jalur Kinahrejo. Akhirnya saya disini, di puncak Merapi dengan view kawah yang menakjubkan.

Belahan gunung ini bisa di lihat terbelah dari Jogja. Ya puncak akhirnya, saya tidak berani berdiri di puncak Merapi ini, alasannya adalah segala batu di puncak benar-benar rapuh dan labil, saya hanya bisa duduk saja dan kamera hp yang tak pernah berhenti jeprat jepret. Gunung ini yang dulu meletus tahun 2010 yang begitru dahsyatnya, gunung yang paling berpengaruh di Indonesia, paling aktif dan paling misterius dengan berjuta juta legenda yang luar biasa.
Saya di puncak 



Menunggu antrian untuk turun

Tak sampai lama di atas puncak, kami turun. Ya kami turun dengan PR trek yang benar benar berat. Kali ini kami harus berdekatan agar batu yang jatuh tidak terlalu cepat dan bisa segera di tangkap. Saya berada di tim 2, tim 1 sudah duluan berada di bawah tepat di tengah-tengah, ketika pada akhirnya ada sebuah batu yang jatuh dari atas mengenai satu anggota tim yang akhirnya harus di gift. Di tengah -tengah trek mulai memasuki jalur air pula perut saya sudah ga bisa di tahan lagi bersamaan dengan kabut yang datang, saya lapar. Tanpa tahu rasa malu saya kemudian meminta logistik dan air yang masih tersisa sama tim dari pada turun tambah ga fokus kan.
Kami kembali dari puncak, beristirahat sebentar di kendit dan turun lagi ke pos 4 mimbar untuk packing, istirahat dan makan. Menjelang sore setelah packing kami semua berdoa untuk perjalanan turun. Sampai di rumah pak Bediman sehabis adzan maghrib kami di suguhkan soto ayam, moment nya begitu pas, soto ayam tambah teh hangat dan sedikit rokok yang ngebul, sempurna sekali ya kan. Pendakian Merapi jalur Kinahrejo di hari itu di tutup dengan makan soto ayam yang bikin kenyang sekaligus pedas.

The Team

NB : Jalur pendakian Kinahrejo gunung Merapi adalah jalur yang ga resmi dan bukan untuk umum, penulis mendaki ke Merapi karena gabung acara pembukaan jalur. Pembukaan jalur memerlukan pendakian terus menerus dan pengalihan jalur agar aman. Salam lestari

travelnote

Author : travelnote

Share this

Related Posts

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

13 komentar

Write komentar
fara ara diba
25 April, 2016 delete

keren miii *matabelo

Reply
avatar
travelnote
25 April, 2016 delete

Thank you ara, lu kapan2 gw ajakin kalo ada buka jalur lagi yee.. rasakan sensasinya hahaha

Reply
avatar
fara ara diba
27 April, 2016 delete

Hahhaha pensiuuunn *ngakak :))

Reply
avatar
travelnote
30 April, 2016 delete

mau pensiun dini, tapi gimana lagi hahhahahhaa

Reply
avatar
Unknown
08 March, 2017 delete

jadi ingin kesana,bukan karena cerita dari penulis,tapi karena panggilan hati yamg lapar akan keindahan alam ini.salam lestari

Reply
avatar
Unknown
08 March, 2017 delete

jadi ingin kesana,bukan karena cerita dari penulis,tapi karena panggilan hati yamg lapar akan keindahan alam ini.salam lestari

Reply
avatar
Agus anfil
23 May, 2018 delete

hebatt ms fahmi... sy yg pernah sekali lewat jalur kinahrejo sekitar th 93 tak kuat nyali setelah di area batas vegetasi. hanya sempat naik sekitar 100 m sebelum akhir return. mungkin krn tanpa guide waktu itu..hanya modal nekat.

Reply
avatar
Agus anfil
23 May, 2018 delete

jembatan pasir itu dulu terkenal dg istilah jembatan setan. karena kanan kiri jurang

Reply
avatar
travelnote
02 June, 2018 delete

wahhh berati mas nya sesepuh dong, tahun 1993 kan saya masih kecil hehe..
ga ada rencana mau ngulang mas?

Reply
avatar
travelnote
02 June, 2018 delete

salam lestari pokoknya om

Reply
avatar
Unknown
14 June, 2018 delete

Wah keren mas lewat jalur selatan. Sebelum jalur ditutup blm pernah merasakan lewat jalur kinahrejo. Kapan mas ada agenda pendakian lewat selatan lg. Pengen gabung

Reply
avatar
travelnote
25 July, 2018 delete

Agenda lewat selatan hanya agenda komunitas mas, ini Merapi sedang masuk angin jadi masih belum tau kapan mau naik lagi dari selatan

Reply
avatar
Menanti Tulisanmu
17 August, 2018 delete

Seru ceritanya gan.. lanjutkan
Sewa Mobil Jogja

Reply
avatar

Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon

Subscribe to: Post Comments (Atom)

sering dibaca

  • GILI LABAK, SEPOTONG SURGA DI TIMUR MADURA
    Full tim kecuali bapak-bapaknya ( Foto di pelabuhan Kalianget )  Di pagi hari itu, tanggal 25 mei 2014, tepat  jam 03.30 pag...
  • Merapi Jalur Kinahrejo
    Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng n...
  • WISATA ALAM POSONG
    Lanskap Posong dengan latar Gunung Sindoro Hari minggu kemarin, saya menyempatkan mengisi liburan ke taman wisata alam Posong yang ter...
  • Gunung Lawu jalur Candi Cetho (cerita foto)
    Gunung Lawu terletak diantara Desa Karanganyar Jawa tengah  yang juga berbatasan dengan Magetan Jawa timur mempunya 3 jalur pendakian res...
  • Membaca Diri
    Pada perjalanan yg menghangatkan ingatan. Langkah kaki gontai mengarah pada tujuan yg tak kunjung datang. Pelantun lagu kebeb...
  • Merbabu, Jalur Suwanting.
    Seringkali saya menyebut  gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabanany...
  • Gunung Prau Yang Menawan
    Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali ini saya ke Gunung P...
  • Rindu (MONOLOG PAGI)
    Menunggu senja di pantai dekat rumah Rumah bagi saya adalah tempat yang begitu teduh, nyaman dan tenang. Rumah adalah surg...

media sosial


Copyright © #Travelnote
Created by Arlina Design | Distributed By Gooyaabi Templates