Kita semua tahu, salah satu cara agar ingatan apa yang terjadi dengan masa lampau. Masa yang pernah kita lewati dengan orang atau sahabat yang kita cintai adalah dengan cara ber-NOSTALGIA. Bingkisan yang paling berharga dari sebuah perjalanan adalah foto kebersamaan bersama para sahabat, karena suatu ketika kita akan menertawainya, rindu ingin kembali dan terkadang air mata menetes begitu saja.
Setahun yang lalu, di bulan penuh berkah Ramadhan seperti saat sekarang ini. Kami mendaki gunung Merapi, sebuah rencana yang sudah lama di siapkan. Mencoba sekali lagi sahur di atas gunung setelah setahun sebelumnya kami mengawalinya sahur di bukit Sikunir dan gunung Prau. Dalam jangka setahun yang lalu sudah sekian banyak hal yang terlewati bersama. Gunung juga menyatukan dan membuat tali persaudaraan antara sesama sahabat menjadi tetap erat. Di ketinggian, di sebuah tempat yang membuat kamu bisa menggigil kedinginan ada kehangatan kebersamaan.
Ber NOSTALGIA adalah cara yang tepat untuk tetap mengingat sebuah perjalanan bersama dalam kurun waktu satu tahun yang lalu hingga sekarang. Mengantarkan kita pada sebuah hubungan persahabatan yang semakin erat. Sejarah dalam perjalanan yang akan bicara mengapa sampai saat ini kami masih tetap menjaga komunikasi.
Cerita yang di bentuk oleh sebuah perjalanan akan selalu terkenang meski salah satu orang-orangnya sedikit demi sedikit menghilang. Ada sebuah keseimbangan alam yang memang perlu harus terjadi, teman lama akan tergantikan dengan teman baru dan begitu seterusnya. Realita yang begitu pahit ketika kita kehilangan teman, sahabat yang sudah di anggap keluarga sendiri memilih pergi atau sudah mulai sibuk dengan teman barunya. Tapi memang begitu yang seharusnya terjadi, dalam sebuah kata “awal” akan selalu ada kata “akhir”. Suatu hari, ketika jauh dari masa -masa perjalanan selesai, ketika kita membuka album lama yang [Mungkin] sudah usang dan penuh debu . Kita membuka album perjalanan tersebut satu persatu sambil tersenyum, rindu ingin kembali ke masa itu dan tak terasa air mata jatuh begitu saja. ya, waktu memang benar benar cepat berlalu.
Setidaknya dulu kita adalah kawan seperjalanan dan semoga sampai selamanya, suka dan duka di perjalanan. Bosan di perjalanan, emosi dengan teman yang lainnya. Semua adalah bagian dari kehidupan dan keseimbangan alam yang harus dan akan di lalui. Perjalanan membuat kita bisa belajar arti dari kata toleransi, keramahan, memunculkan sisi kemanusiaan kita dan mempunyai keyakinan baru bahwa semua manusia adalah baik, semua makhluk ciptaan Tuhan adalah Indah, sangat indah. Dan ber-NOSTALGIA dari segala hal tentang perjalanan adalah bagian penting dari kehidupan, untuk menengok bahwa dulu kita pernah menjadi Musafir.
Bukankah para pejalan sejatinya adalah pengungsi? Kaum yang mengungsi dari kehidupan rutinitas dan keseharian, mengungsi dari kungkungan ego dan keterikatan, menghilangkan diri dari semua kebanggaan? Tak penting lagi identitas kita di tempat asal, apakah itu dokter , insinyur, pengangguran atau presiden. Seberapa kaya kita, seberapa penting jabatan kita, disini kita di persatukan hanya oleh identitas sederhana yang sama : musafir. Lepas dari ego identitas adalah bagaikan gelas kosong yang siap menampung segala sesuatu. - Agustinus Wibowo [ Titik Nol]
2 komentar
Write komentarIya, Mas. Yang tersisa dari momen-momen memang kenangan dan foto ^_^
Replymaka dari itu mba, kamera selalu di perlukan untuk mengabadikan dan melukis kenangan itu. setidaknya ada cerita di masa depan nanti :)
Replymakasih udah mampir mba, hehe..
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon