Sudah terlalu lama rasanya tak menulis di blog pribadi, kalau
sudah muncul kemalasan menulis pasti akan lama sekali tak mengisi tulisan di
blog. Hanya sesekali rindu menari di atas keyboard laptop atau senyum senyum
sendiri membaca hasil dari tulisan yang pernah di upload di blog. Maklum
semenjak 6 bulan terakhir ada di kampung, mengurus Abah yang sakit dan
meninggalkan segala kegiatan di Jogja. Sudah cukup kali ya basa basinya hehe..
Gili
meringkik adalah sebuah pulau kecil dan secara administrasi masuk ke Lombok
timur. Sebenarnya saya sudah lama kesini, sekitar tahun 2013 ketika setelah
nge-trip dari gili kondo, Tanjung ringgit dan dari pantai Pink. Setelah
teman-teman saya yang dari Jakarta sudah pulang ke habitat masing-masing, saya
masih di tahan sama teman saya di daerah Praya, mau di ajak mancing ke Gili
Meringkik, berangkat subuh. Karena terlalu lama di tahan ga boleh pulang dulu,
ga terasa saya di daerah Praya selama 10 hari.
Perjalanan ke gili meringkik di iringi matahari terbit dari ufuk timur, benar benar indah |
Matahari pagi mulai terbit dari timur ketika sedang di tengah laut di atas perahu |
Perjalanan
menuju Lombok timur dari Praya lumayan lama, sebelum berangkat kami berdua
membeli nasi balap di daerah pasar Karanglebah. Sekitar 2 jam perjalanan pakai
motor menuju Tanjung luar. Lucunya ketika isi bensin di pom, nasi bungkus tadi
yang di beli ketinggalan di pom bensin, begitu ingat ketika sudah sampai di
lokasi dan mau nyebrang ke gili meringkik. Karena saya ikut komunitas mancing
jadinya bayar cuma 10.000 saja menyebrang ke Gili Maringkik.
Sekitar 30 menit perjalanan laut menuju Gili, begitu sampai saya di suguhkkan dengan pemandangan luar biasa mengagumkan. Laut biru, langit biru dan manusia manusia timur yang begitu ramah. Penghuni gili Meringkik di dominasi oleh suku bugis dan kebanyakan mereka berprofesi sebagai nelayan. Yang saya lakukan pertama kali ketika sampai di pulau meringkik adalah ber-selfie ria, sepertinya budaya yang tidak akan pernah lupa kalau lagi traveling ke suatu tempat hehe.
Teman
teman yang lain sudah mulai dengan pancingannya, saya ikut-ikutan memancing
siapa tahu dapat, apesnya dari pagi sampai siang nyaris menjelang sore saya
hanya mendapatkan dua ekor ikan itu saja ikan kecil. Karena air gili meringkik
begitu jernih, saya bisa melihat ikan yang di pancing ketika memakan umpan,
kalau umpan pancingnya di lempar jauh ya ga kelihatan.
Landscape gili meringkik menjelang sore hari |
biasanya jembatan ini di pakai untuk kapal berlabuh dari lombok |
“PADA DASARNYA SELURUH MANUSIA ADALAH BAIK, DI GILI INI SAYA DAN TEMAN SAYA DI TAWARI MAKAN SIANG OLEH PENDUDUK SETEMPAT, SIAPA YANG MAU MENOLAK KAN”
Menjelang siang, perut mulai
berontak seperti berteriak pengen makan, saya berdua dengan teman saya berniat
mencari warung makan dan ternyata kami tak menemukannya. Kebingungan mencari
warung makan, salah satu penduduk di gili ini menawari saya dan teman saya
makan bersama, kebetulan bapak dan keluarganya tersebut mau makan siang juga,
di moment ini saya merasa bahwa Tuhan mengganti dua nasi bungkus saya dan teman
saya yang ketinggalan di pom bensin di ganti dengan makan bersama salah satu
penduduk di gili Meringkik.
Luar biasa dan speacless
banget waktu itu. Karena lesehan, di depan saya menu nya menggairahkan, menu
yang sama dengan apa sering di makan oleh orang Madura di daerah pesisir; ikan
kering, ikan yang di bikin kuah, mie rebus, telor dadar dan sambel mentah,
minumnya air putih, sempurna ya kan..
Anak anak pulau yang selalu riang |
Beruntungnya,
di dalam perjalanan saya selalu bertemu dengan orang-orang baik. Orang orang
yang senang berbagi bersama, orang –orang yang begitu ramah yang dikirimkan
Tuhan dan orang-orang yang mau memberikan senyuman-nya yang begitu sejuk dan
ramah. Saya benar –benar besyukur dan sangat sangat bersyukur.
Pada
hari itu, kami pulang kembali menjelang matahari terbenam di sebelah barat,
hari itu benar benar hari yang membuat saya rindu dengan manusia- manusia pulau
yang begitu baiknya keterlaluan, bahwa Tuhan selalu bersama orang-orang yang
ingin berjalan, bukankah dengan berjalan dalam perjalanan juga bagian dari
rezeki dan salah satu cara untuk bersyukur akan karunia hidup yang sudah Tuhan
berikan kepada kita.
1 komentar:
Write komentartanggal 21 Desember 2018 saya akan mencari Kak Sahani yang saya kenal di Melaka, di Gili Meringkik. Udah tiga tahun ditunggu kesempatan ini
ReplyTinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon