Gunung memang selalu memberikan sebuah hal yang begitu membuat para pendaki kaget di buatnya, membuat sedikit kesabaran di uji ketika yang bernama puncak tak kunjung datang. Tanggal 11 - 12 Januari 2014 kami berempat bersilaturahmi ke lawu, rencana ke lawu memang sudah matang ketika tahun belum berganti, kami berempat, dua anak dari malang dan tentunya saya sama Intan ( partner naik gunung ), tim untuk lawu kali ini sangat beda karena Iwan adalah pendaki yang selalu naik gunung, saya berpikir mungkin kalau sehari saja tidak naik gunung dia bisa pusing atau mungkin memang mau pingsan, ya begitulah hobi sesepuh pendaki gunung, kalau saya tetap pendaki gadungan.
Tepat jam 10.30 pagi menjelang siang kami semua sampai ke cemoro sewu, tempat pemberhentian terakhir menuju puncak lawu, kami semua mempersiapkan segala hal yang mungkin di butuhkan di puncak, jas hujan pun kami beli di toko, semua bekal sudah selesai dan teman-teman sudah siap untuk mendaki, akhirnya pas jam 11.00 siang tepat kami mulai melewati pintu jalur pendakian cemoro sewu. vegetasi pertama yang kami temui adalah pohon cemara yang banyak dan dua pos bayangan yang kami kira itu adalah pos 1 dan pos 2, ternyata kami semua tertipu, setelah beberapa jam berjalan pos 1 didepan mata, ternyata yang kami kira pos 1 dan 2 itu hanyalah pos bayangan, untung saja pos 1 ada yang jual gorengan, aqua dan semacamnya jadi kami berempat langsung menyerbu warung yang di jaga bapak-bapak tua itu sambil istirahat sejenak.
Warung di POS 1 |
15 menit kami istirahat di pos 1 selesai itu kami langsung melangkahkan kaki lagi untuk ke pos 2, pos yang begitu jauh dari pos 1, kami memakan waktu 2jam lebih untuk sampai pos 2 karena jalan pendakian lawu berbatu dan selalu menanjak, kami selalu kelelahan, dan ditengah jalan kami selalu menyempatkan diri untuk istirahat barang lima menit untuk mengatur nafas kembali, yang saya tidak percaya ini, Intan, temen saya yang selalu naik gunung dia kewalahan, waktu di sindoro Intan lebih semangat dan selalu di depan, entah ini lawu malah buat lelah dia atau memang jalannya yang selalu menanjak, I don't know.
Pendakian untuk menuju pos 2 ini sangat jauh, dari pos 1 ke pos 2 jalanan selalu menanjak terus, sampai di pos 2 sore hari dan pos 2 ke pos 3 pun lumayan semakin menanjak, dari pos 2 kami bertemu dengan rombongan kopassus yang membersihkan puncak gunung lawu dari sampah, sampahnya mereka bersihkan untuk kemudian di bawa turun. kami semua menyapa kopassus tersebut, memberikan semangat pada mereka. dari pos 2 ke pos 3 jalur pendakian semakin terjal dan itu menguras tenaga kami berempat, kami berempat sampai di pos 3 sekitar jam 5 sore, kami semua istirahat sambil memakan logistik yang dibawa dan meminum air botol yang kami bawa dari bawah. seperti yang saya bilang sebelumnya.
Di gunung jangan pernah tanya jarak antara pos 3 sampai pos 4 karena akan beda dengan yang kita alami, dari pos 3 sampai pos 5 nih kita tidak boleh berbicara kotor, ataupun bicara capek, itu yang dikasih tau kopassus ketika ketemu kami di pos 2. Setelah dirasa cukup untuk istirahat di pos 3 kami semua melanjutkan perjalanan menuju pos 4 dan 5 kemudian beberapa kilo dari pos 5 kami sepakat mendirikan tenda di warungnya mbok iyem, nah treking dari pos 3 ke pos 4 lebih curam dan terjal tanjakannya, lebih kecium bau belerang sangat menyengat, setelah kami sampai pos 4 yang tidak ada tanda rumah cuman tulisan, kami langsung melanjutkan ke pos 5, hujan turun, kami semua pakai jas hujan, jam menunjukkan jam 6 magrib dan kali ini saya memimpin didepan sesekali saya menengok ke belakang untuk memberikan penerangan sama yang lain agar tidak terjatuh atau licin, karena serius jalannya sangat menanjak dan berbatu.
suasana POS 3 |
Menuju pos 5 ketika malam hari dan di balut dengan hujan yang begitu dingin, dan akhirnya saya melihat semua pendaki berjuang dan membantu teman pendaki lainnya buat melanjutkan perjalanan meski hujan, saya melihat satu hal yang begitu membuat saya terharu serta menangis antara pos 4 dan pos 5 ketika semua teman-teman saling membantu, saling menyodorkan tangan mereka untuk bisa ke puncak bersama-sama, dan ketika itu saya melihat ketiga teman saya begitu lelah, saya juga lelah tapi ya kita harus semangat untuk bisa ke puncak bersama-sama, intinya jangan pernah meninggalkan teman di belakang, ke puncak bersama turunpun juga bersama.
Dan akhirnya kami mencapai pos 5 pas jam 7 malem ba'da isya, kami semua rembukan untuk bangun tenda di pos 5 apa di dekat sendang drajad, akhirnya diskusi kami menemukan titik terang, kami semua setuju untuk mendirikan tenda di dekat sendang derajad dan di warung bu iyem, dari pos 5 sampai sendang drajad hujan makin deras, saya menggenggam gula jawa untuk manisan karena hujan membuat nafas saya menjadi sedikit pendek, saya sulit bernafas waktu menuju sendang drajad, kemudian di tambah Intan jatuh karena licin, dan Iphe kedinginan hebat, kalau si Iwan dia enjoy sambil merokok.
Setengah jam perjalanan dari pos 5 ke sendang drajad akhirnya pas jam 19.30 malem kami semua tiba di tempat yang kami harapkan warung mbok yem, lalu kemudian kami pesan nasi pecel dan teh hangat untuk empat orang, kami istirahat satu jam di warungnya bu iyemm baru kemudian jam 9 saya sama Iwan mendirikan tenda persis depan warung bu iyem setelah cuaca sedikit cerah, setelah semua selesai, dua wanita teman kami yang tidur di warung mbok iyem kami bangunin untuk tidur di tenda, jam 21.30 kami semua tidur dengan lelap, dan harus tidur untuk bisa ke puncak besok paginya sekitar jam 5 pagi melihat sang matahari terbit dan lautan awan yang mengagumkan.
Akhirnya kami berempat di puncak Lawu |
Akhirnya sekita jam 5.30 pagi kami menuju puncak setelah masak mie dan kopi untuk penghangat badan, Lawu benar-benar mengajarkan tentang kesabaran yang ekstra, ya gunung mempunyai cara sendiri untuk bisa mengajarkan kita semua tentang arti kesabaran dan tidak egois. Barangkali hidup pun seperti itu. di puncak kami banyak berkenalan dengan pendaki lain, pendaki yang membuat kami seperti sebuah keluarga kecil yang sama sama bahagia karena sudah mencapai puncak, sebuah persaudaraan yang tidak akan pernah dilupakan selamanya.
Keluarga baru di puncak lawu |
Terima kasih teman teman, tulisan ini saya dedikasikan buat kalian, semoga kita bisa bertemu kembali di pendakian berikutnya, dan saya masih ingat dengan anggit dan teman satunya wulan, dua pendaki wanita yang menanjak lawu dan bersama-sama pas turun dan kembali ke jogja. haduh dia itu ratu bawel hahaha...
Para pendaki perempuan |
Catatan : Jika ingin mendaki ke gunung lawu bawalah jaket yang lebih, sarung dan tentu saja sleeping bag, terus logistik jangan terlalu banyak, diatas ada warung, nasi pecel harga 9ribu dan teh panas harga 3ribu, bawa duit saja yang lebih buat di atas, logistik tak perlu over, tiket pendakian sebesar 4ribu di bayar ketika di cemoro sewu.
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon