All team (Edit by Syahran149) |
“Puncak gunung adalah sebuah simbol penaklukan seorang manusia atas egonya sendiri, tapi puncak di atas segala puncak adalah menemani teman yang sedang sakit di tenda dan ga membiarkannya sendirian”
Suatu
malam, saya menyusuri rimbanya timeline twitter yang begitu penuh dengan kicauan
akun social orang-orang dn portal berita termasuk portal gunung. Dan kemudian mata
saya terbelalak di portal akun @InfoSlamet, di aku tersebut seorang admin menuliskan
tweet yang berbunyi“ Jalur pendakian Gunung
Slamet via Bambangan sudah dibuka” seketika itu kaki saya langsung gatal,
gunung yang saya tunggu sekitar 1,5 tahun lebih yang dulu di tutup karena erupsi
terus-terusan akhirnya dibuka kembali, gunung yang jadi pelengkap setelah Sindoro
dan Sumbing akhirnya dibuka.
Tanpa basa basi lagi saya kontak teman saya anak gunung juga buat menyusun agenda ke gunung Slamet dan teman-teman dari Jakarta yang juga pernah satu team ketika pendakian ke Sindoro dan Sumbing. Agenda mulai tersusun dan jadwal pendakian akan di lakukan pada tanggal 7-8 November 2015 dengan kesepakatan akan bertemu semua team di basecamp Bambangan.
Kemudian grup whatsapp di buat untuk komunikasi teman-teman yang lain berikut obrolan tentang logistik dan perlengkapan apa saja yang akan dibawa selama pendakian ke Slamet, saya mikir hanya beberapa yang akan ikut ke Slamet, kurang dari 10 orang dan akhirnya anggota team yang ikut pendakian Slamet menjadi sekitar 28 orang, membludak. Team di bagi menjadi dua bagian yaitu team Jogja dan team Jakarta, team jogja ada sekitar 14 orang meski pas meeting H-3 ada beberapa yang cancel.
Tanpa basa basi lagi saya kontak teman saya anak gunung juga buat menyusun agenda ke gunung Slamet dan teman-teman dari Jakarta yang juga pernah satu team ketika pendakian ke Sindoro dan Sumbing. Agenda mulai tersusun dan jadwal pendakian akan di lakukan pada tanggal 7-8 November 2015 dengan kesepakatan akan bertemu semua team di basecamp Bambangan.
Kemudian grup whatsapp di buat untuk komunikasi teman-teman yang lain berikut obrolan tentang logistik dan perlengkapan apa saja yang akan dibawa selama pendakian ke Slamet, saya mikir hanya beberapa yang akan ikut ke Slamet, kurang dari 10 orang dan akhirnya anggota team yang ikut pendakian Slamet menjadi sekitar 28 orang, membludak. Team di bagi menjadi dua bagian yaitu team Jogja dan team Jakarta, team jogja ada sekitar 14 orang meski pas meeting H-3 ada beberapa yang cancel.
Rencana
pendakian ke Slamet di agendakan sebulan lebih yang akhirnya jatuh pada bulan
November dengan rencana awal akhir Oktober. Pada H-3 kami team Jogja
men-dealkan sekali lagi siapa yang fix ikut dan siapa yang akan cancel, kami
meeting di Kopi Paste, yang dating lumayan banyak meski dari sebagian mereka bilanga
kan cancel tidak ikut pendakian Slamet karena berbagai macam urusan mendadak
yang tak bisa di ganggu.
Dari 14 orang team jogja yang ikut ke Slamet yang fix hanya 11 orang, 6 orang pake mobil selebihnya pakai motor lewat Purwokerto. Dan sampailah kami di hari yang di tunggu-tunggu, team jogja berangkat malam jam 20.00 dengan singgah sebentar di Wonosobo untukistirhat di tempat teman saya, mencicipi Carica yang lama sekali tidak saya cicipi karena lama tak main-main ke daerah Wonosobo dan Dieng.
Besoknya sehabis subuh tepatnya setelah selesai shalat subuh kami tancap gas langsungke basecamp Bambangan di daerahpurbalingga, di tempuhsekitar 2,5 jam lebihdariWonosobokota. Sekitarpukul 9.15 pagi kami sudah sampai di basecamp Bambangan, kami menurunkan semua tas carier berikut dengan tendanya packing ulang di basecamp sekalian menunggu All team Jakarta merapat di basecamp.
Sekitar jam 11.30 mereka sudah merapat di basecamp Bambangan pakai pickup dari stasiun Purwokerto, ketemu mereka salam-salaman dan kenalan yang belum kenal kemudian mereka juga packing ulang, kami start pendakian dari basecamp Bambangan sekitar jam 1.30 siang dan hari itu di basecamp sedang gerimis mendung gelap. ”Yess, kami start pendakian ketika gerimis, mungkin kami semua sudah strong hahaha”
Jalur pendakian Slamet dari basecamp menuju pos 1 di sambut oleh kebun-kebun warga lokal, setelah itu memasuki vegetasi antara pohon pinus dan pohon cemara tapi jalur tetap menanjak, beberapa ada bonus tapi bonus singkat, melewati lapangan setelah berjalan menanjak melewati lapangan jalur masih tetap menanjak, sekitar 45 menit perjalanan menuju pos 1 dari lapangan. Di pos 1 ada semacam shelter yang digunakan oleh warga lokal untuk berjualan seperti buah semangka, gorengan, teh hangat dan ketupat, jadi para pendaki yang sedang ingin silaturahmi ke gunung atapnya jawa tengah ini tidak akan pernah kelaparan. Setelah melewati pos 1 jalur menanjak dan curam seringkali kita temui, dari pos 1 sampai pos 2 pendakian di tempuh selama 1,5 – 2 jam jalan santai. Ketika itu all team sudah pada didepan semua, hanya saya, Fariz, Wakit dan Rangga yang di belakang, saya sengaja dibelakang karena ingin backup Rangga dan saya juga tak begitu berharap sama puncak, ketika itu Rangga sudah mulai mengeluh kakinya kram atau mungkin bisa jadi tas cariernya yang sangat berat. Beberapa jam kami ber empat berjalan pelan dengan kesepakatan begitu adzan maghrib kami berhenti, duduk dan tak melanjutkan perjalanan sebentar, baru selesai adzan maghrib di kumandangkan kami berempat melanjutkan perjalanan sampai ke pos 2. Di pos 2 kami berempat sepakat maksimal 20 menit istirahat sambil menunaikan shalat maghrib, malam itu hutan Slamet dingin menusuk kulit, sangat-sangat menusuk, selain jalur treknya yang begitu luar biasa yang saya sukai dari Slamet adalah hutannya yang begitu rapat, mengingatkan saya ketika berkunjung ke Sindoro.
Dari 14 orang team jogja yang ikut ke Slamet yang fix hanya 11 orang, 6 orang pake mobil selebihnya pakai motor lewat Purwokerto. Dan sampailah kami di hari yang di tunggu-tunggu, team jogja berangkat malam jam 20.00 dengan singgah sebentar di Wonosobo untukistirhat di tempat teman saya, mencicipi Carica yang lama sekali tidak saya cicipi karena lama tak main-main ke daerah Wonosobo dan Dieng.
Besoknya sehabis subuh tepatnya setelah selesai shalat subuh kami tancap gas langsungke basecamp Bambangan di daerahpurbalingga, di tempuhsekitar 2,5 jam lebihdariWonosobokota. Sekitarpukul 9.15 pagi kami sudah sampai di basecamp Bambangan, kami menurunkan semua tas carier berikut dengan tendanya packing ulang di basecamp sekalian menunggu All team Jakarta merapat di basecamp.
Sekitar jam 11.30 mereka sudah merapat di basecamp Bambangan pakai pickup dari stasiun Purwokerto, ketemu mereka salam-salaman dan kenalan yang belum kenal kemudian mereka juga packing ulang, kami start pendakian dari basecamp Bambangan sekitar jam 1.30 siang dan hari itu di basecamp sedang gerimis mendung gelap. ”Yess, kami start pendakian ketika gerimis, mungkin kami semua sudah strong hahaha”
Bersama Rangga |
Jalur pendakian Slamet dari basecamp menuju pos 1 di sambut oleh kebun-kebun warga lokal, setelah itu memasuki vegetasi antara pohon pinus dan pohon cemara tapi jalur tetap menanjak, beberapa ada bonus tapi bonus singkat, melewati lapangan setelah berjalan menanjak melewati lapangan jalur masih tetap menanjak, sekitar 45 menit perjalanan menuju pos 1 dari lapangan. Di pos 1 ada semacam shelter yang digunakan oleh warga lokal untuk berjualan seperti buah semangka, gorengan, teh hangat dan ketupat, jadi para pendaki yang sedang ingin silaturahmi ke gunung atapnya jawa tengah ini tidak akan pernah kelaparan. Setelah melewati pos 1 jalur menanjak dan curam seringkali kita temui, dari pos 1 sampai pos 2 pendakian di tempuh selama 1,5 – 2 jam jalan santai. Ketika itu all team sudah pada didepan semua, hanya saya, Fariz, Wakit dan Rangga yang di belakang, saya sengaja dibelakang karena ingin backup Rangga dan saya juga tak begitu berharap sama puncak, ketika itu Rangga sudah mulai mengeluh kakinya kram atau mungkin bisa jadi tas cariernya yang sangat berat. Beberapa jam kami ber empat berjalan pelan dengan kesepakatan begitu adzan maghrib kami berhenti, duduk dan tak melanjutkan perjalanan sebentar, baru selesai adzan maghrib di kumandangkan kami berempat melanjutkan perjalanan sampai ke pos 2. Di pos 2 kami berempat sepakat maksimal 20 menit istirahat sambil menunaikan shalat maghrib, malam itu hutan Slamet dingin menusuk kulit, sangat-sangat menusuk, selain jalur treknya yang begitu luar biasa yang saya sukai dari Slamet adalah hutannya yang begitu rapat, mengingatkan saya ketika berkunjung ke Sindoro.
Puncak Slamet (taken photo By Fariz) |
20
menit berlalu, selesai shalat maghrib di pos 2 kami ber-empat berkemas dan
packing lagi buat meraih pos 3, kami perkirakan semua team yang ada didepan
mereka membangun tenda antara pos 3 dan pos 5. Jadi tujuan berikutnya ke pos 3
yang memakan waktu begitu panjang karena jalur yang selalu menanjak dan sekali
lagi jarang ada bonus dan jangan pernah mengharap bonus. Di pertengahan
perjalanan, Rangga mengeluh pahanya kram pas di samping 3 tenda pendaki lain
yang sedang memasak disitu. Ada 2 pilihan yang kami hadapi saat itu dan juga
harus di putuskan dengan cepat, pilihan pertama ; Rangga numpang tidur di
tendanya para pendaki yang sedang camp dan ditinggal sendirian, pilihan
keduanya ; harus ada yang menemani Rangga dan tak dibiarkan sendiri. Tanpa basa
basi saya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Rangga dan berpesan sama Fariz
untuk bilang sama anggota team yang lain kalau kami berdua dibawah dan tak
perlu dijemput, malam itu kami berdua numpang di tenda pendaki dari tegal dan
brebes. Juga pada malam itu, Rangga ga nyenyak tidur, saya pikir karena bunyi
gigi dan ngorok saya, ternyata punggungnya kena batu hahaaha *bisa kali ya
ngekek sebentar hahaha…
jangan lupa gunung bukan tempat sampah |
Keseluruhan
pendakian gunung Slamet bisa dibilang kerenn abis, dari pendakian tersebut kita
menciptakan sebuah keluarga besar antara Jogja dan Jakarta. Semoga di lain
kesempatan kita bisa naik bareng lagi teman-teman. Saya mencandu ketinggian
dari beberapa tahun yang lalu dan akan tetap menjadi pencandu ketinggian. Bagi
saya pendakian ke gunung adalah cermin dari hidup manusia itu sendiri,
bagaimana mereka bisa bertahan dalam keterbatasan, bagaimana mereka bisa
menjaga irama emosi team yang tetap di atur agar tak ada konflik. Pengalaman ke
9 gunung yang pernah saya naiki masih sedikit sekali, masih banyak
gunung-gunung di Indonesia khususnya di jawa yang begitu menggoda untuk di
jamah. Team dan ritme pendakian adalah bagian dari filosofis sebuah gunung.
Terima kasih buat semua team Ekspedisi Slamet
tanpa kalian, agenda pendakian ini ga akan terlaksana...
sekali lagi, kalian benar benar luar biasa
Jangan buang sampah sembarangan
Salam Lestari ...
2 komentar
Write komentarsudah pernah mau ke G Slamaet. tapi belum masuk2 skedul. hihihi..
Replyramai para pendaki kah di sana, Mas Farid?
Maaf mba astin, nama saya Fahmie, bukan farid hehe
Replybaru lihat komentarnya nih mba, speertinya sekarang udah banyak yang kesana
soalnya gunung yang lama tutup, makasih ya mba udah mampir
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon