MENU

Menu
  • Home
  • #TRAVELNOTE
    • Gunung
    • Refleksi
    • Malam Jumat
    • Cerita Perjalanan
  • LINIMASA
    • Catatan Pinggir
    • Catatan Kaki
  • ABOUT
  • DISCLAIMER
  • KATA-KATA
  • TRAVEL BLOGGER
#Travelnote Gunung Slamet, pada suatu hari

Slamet, pada suatu hari

Gunung



All team  (Edit by Syahran149)


“Puncak gunung adalah sebuah simbol penaklukan seorang manusia atas egonya sendiri, tapi puncak di atas segala puncak adalah menemani teman yang sedang sakit di tenda dan ga membiarkannya sendirian”
Suatu malam, saya menyusuri rimbanya timeline twitter yang begitu penuh dengan kicauan akun social orang-orang dn portal berita termasuk portal gunung. Dan kemudian mata saya terbelalak di portal akun @InfoSlamet, di aku tersebut seorang admin menuliskan tweet yang berbunyi“ Jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan sudah dibuka” seketika itu kaki saya langsung gatal, gunung yang saya tunggu sekitar 1,5 tahun lebih yang dulu di tutup karena erupsi terus-terusan akhirnya dibuka kembali, gunung yang jadi pelengkap setelah Sindoro dan Sumbing akhirnya dibuka.

Tanpa basa basi lagi saya kontak teman saya anak gunung juga buat menyusun agenda ke gunung Slamet dan teman-teman dari Jakarta yang juga pernah satu team ketika pendakian ke Sindoro dan Sumbing. Agenda mulai tersusun dan jadwal pendakian akan di lakukan pada tanggal 7-8 November 2015 dengan kesepakatan akan bertemu semua team di basecamp Bambangan.

Kemudian grup whatsapp di buat untuk komunikasi teman-teman yang lain berikut obrolan tentang logistik dan perlengkapan apa saja yang akan dibawa selama pendakian ke Slamet, saya mikir  hanya beberapa yang akan ikut ke Slamet, kurang dari 10 orang dan akhirnya anggota team yang ikut pendakian Slamet menjadi sekitar 28 orang, membludak. Team di bagi menjadi dua bagian yaitu team Jogja dan team Jakarta, team jogja ada sekitar 14 orang meski pas meeting H-3 ada beberapa yang cancel.
terima kasih teman teman atas tumpangan tendanya 
Rencana pendakian ke Slamet di agendakan sebulan lebih yang akhirnya jatuh pada bulan November dengan rencana awal akhir Oktober. Pada H-3 kami team Jogja men-dealkan sekali lagi siapa yang fix ikut dan siapa yang akan cancel, kami meeting di Kopi Paste, yang dating lumayan banyak meski dari sebagian mereka bilanga kan cancel tidak ikut pendakian Slamet karena berbagai macam urusan mendadak yang tak bisa di ganggu. 

Dari 14 orang team jogja yang ikut ke Slamet yang fix hanya 11 orang, 6 orang pake mobil selebihnya pakai motor lewat Purwokerto. Dan sampailah kami di hari yang di tunggu-tunggu, team jogja berangkat malam jam 20.00 dengan singgah sebentar di Wonosobo untukistirhat di tempat teman saya, mencicipi Carica yang lama sekali tidak saya cicipi karena lama tak main-main ke daerah Wonosobo dan Dieng. 

Besoknya sehabis subuh tepatnya setelah selesai shalat subuh kami tancap gas langsungke basecamp Bambangan di daerahpurbalingga, di tempuhsekitar 2,5 jam lebihdariWonosobokota. Sekitarpukul 9.15 pagi kami sudah sampai di basecamp Bambangan, kami menurunkan semua tas carier berikut dengan tendanya packing ulang di basecamp sekalian menunggu All team Jakarta merapat di basecamp. 

Sekitar jam 11.30 mereka sudah merapat di basecamp Bambangan pakai pickup dari stasiun Purwokerto, ketemu mereka salam-salaman dan kenalan yang belum kenal kemudian mereka juga packing ulang, kami start pendakian dari basecamp Bambangan sekitar jam 1.30 siang dan hari itu di basecamp sedang gerimis mendung gelap. ”Yess, kami start pendakian ketika gerimis, mungkin kami semua sudah strong hahaha”


Bersama Rangga

Jalur pendakian Slamet dari basecamp menuju pos 1 di sambut oleh  kebun-kebun warga lokal, setelah itu memasuki vegetasi antara pohon pinus dan pohon cemara tapi jalur tetap menanjak, beberapa ada bonus tapi bonus singkat, melewati lapangan setelah berjalan menanjak melewati lapangan jalur masih tetap menanjak, sekitar 45 menit perjalanan menuju pos 1 dari lapangan. Di pos 1 ada semacam shelter yang digunakan oleh warga lokal untuk berjualan seperti buah semangka, gorengan, teh hangat dan ketupat, jadi para pendaki yang sedang ingin silaturahmi ke gunung atapnya jawa tengah ini tidak akan pernah kelaparan. Setelah melewati pos 1 jalur menanjak dan curam seringkali kita temui, dari pos 1 sampai pos 2 pendakian di tempuh selama 1,5 – 2 jam jalan santai. Ketika itu all team sudah pada didepan semua, hanya saya, Fariz, Wakit dan Rangga yang di belakang, saya sengaja dibelakang karena ingin backup Rangga dan saya juga tak begitu berharap sama puncak, ketika itu Rangga sudah mulai mengeluh kakinya kram atau mungkin bisa jadi tas cariernya yang sangat berat. Beberapa jam kami ber empat berjalan pelan dengan kesepakatan begitu adzan maghrib kami berhenti, duduk dan tak melanjutkan perjalanan sebentar, baru selesai adzan maghrib di kumandangkan kami berempat melanjutkan perjalanan sampai ke pos 2. Di pos 2 kami berempat sepakat maksimal 20 menit istirahat sambil menunaikan shalat maghrib, malam itu hutan Slamet dingin menusuk kulit, sangat-sangat menusuk, selain jalur treknya yang begitu luar biasa yang saya sukai dari Slamet adalah hutannya yang begitu rapat, mengingatkan saya ketika berkunjung ke Sindoro.

Puncak Slamet (taken photo By Fariz)


20 menit berlalu, selesai shalat maghrib di pos 2 kami ber-empat berkemas dan packing lagi buat meraih pos 3, kami perkirakan semua team yang ada didepan mereka membangun tenda antara pos 3 dan pos 5. Jadi tujuan berikutnya ke pos 3 yang memakan waktu begitu panjang karena jalur yang selalu menanjak dan sekali lagi jarang ada bonus dan jangan pernah mengharap bonus. Di pertengahan perjalanan, Rangga mengeluh pahanya kram pas di samping 3 tenda pendaki lain yang sedang memasak disitu. Ada 2 pilihan yang kami hadapi saat itu dan juga harus di putuskan dengan cepat, pilihan pertama ; Rangga numpang tidur di tendanya para pendaki yang sedang camp dan ditinggal sendirian, pilihan keduanya ; harus ada yang menemani Rangga dan tak dibiarkan sendiri. Tanpa basa basi saya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Rangga dan berpesan sama Fariz untuk bilang sama anggota team yang lain kalau kami berdua dibawah dan tak perlu dijemput, malam itu kami berdua numpang di tenda pendaki dari tegal dan brebes. Juga pada malam itu, Rangga ga nyenyak tidur, saya pikir karena bunyi gigi dan ngorok saya, ternyata punggungnya kena batu hahaaha *bisa kali ya ngekek sebentar hahaha… 

jangan lupa gunung bukan tempat sampah


Keseluruhan pendakian gunung Slamet bisa dibilang kerenn abis, dari pendakian tersebut kita menciptakan sebuah keluarga besar antara Jogja dan Jakarta. Semoga di lain kesempatan kita bisa naik bareng lagi teman-teman. Saya mencandu ketinggian dari beberapa tahun yang lalu dan akan tetap menjadi pencandu ketinggian. Bagi saya pendakian ke gunung adalah cermin dari hidup manusia itu sendiri, bagaimana mereka bisa bertahan dalam keterbatasan, bagaimana mereka bisa menjaga irama emosi team yang tetap di atur agar tak ada konflik. Pengalaman ke 9 gunung yang pernah saya naiki masih sedikit sekali, masih banyak gunung-gunung di Indonesia khususnya di jawa yang begitu menggoda untuk di jamah. Team dan ritme pendakian adalah bagian dari filosofis sebuah gunung.

Terima kasih buat semua team Ekspedisi Slamet 
tanpa kalian, agenda pendakian ini ga akan terlaksana...
sekali lagi, kalian benar benar luar biasa 

Jangan buang sampah sembarangan 
Salam Lestari ... 




travelnote

Author : travelnote

Share this

Related Posts

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
Unknown
23 February, 2016 delete

sudah pernah mau ke G Slamaet. tapi belum masuk2 skedul. hihihi..
ramai para pendaki kah di sana, Mas Farid?

Reply
avatar
travelnote
04 April, 2016 delete

Maaf mba astin, nama saya Fahmie, bukan farid hehe
baru lihat komentarnya nih mba, speertinya sekarang udah banyak yang kesana
soalnya gunung yang lama tutup, makasih ya mba udah mampir

Reply
avatar

Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon

Subscribe to: Post Comments (Atom)

sering dibaca

  • GILI LABAK, SEPOTONG SURGA DI TIMUR MADURA
    Full tim kecuali bapak-bapaknya ( Foto di pelabuhan Kalianget )  Di pagi hari itu, tanggal 25 mei 2014, tepat  jam 03.30 pag...
  • Merapi Jalur Kinahrejo
    Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng n...
  • WISATA ALAM POSONG
    Lanskap Posong dengan latar Gunung Sindoro Hari minggu kemarin, saya menyempatkan mengisi liburan ke taman wisata alam Posong yang ter...
  • Gunung Lawu jalur Candi Cetho (cerita foto)
    Gunung Lawu terletak diantara Desa Karanganyar Jawa tengah  yang juga berbatasan dengan Magetan Jawa timur mempunya 3 jalur pendakian res...
  • Membaca Diri
    Pada perjalanan yg menghangatkan ingatan. Langkah kaki gontai mengarah pada tujuan yg tak kunjung datang. Pelantun lagu kebeb...
  • Merbabu, Jalur Suwanting.
    Seringkali saya menyebut  gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabanany...
  • Gunung Prau Yang Menawan
    Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali ini saya ke Gunung P...
  • Rindu (MONOLOG PAGI)
    Menunggu senja di pantai dekat rumah Rumah bagi saya adalah tempat yang begitu teduh, nyaman dan tenang. Rumah adalah surg...

media sosial


Copyright © #Travelnote
Created by Arlina Design | Distributed By Gooyaabi Templates