Penampakan perempuan berbaju putih dan anak kecil di Gunung Sumbing.
Dulu sebelum populer jalur-jalur lain, Desa Garung merupakan jalur pendakian yang aman untuk di lalui dari pada jalur pendakian yang lain. Dari Desa Garung terdapat dua jalur; jalur lama dan jalur baru. Kata penduduk setempat, jalur lama sebenarnya adalah jalur baru dan jalur baru dulu adalah jalur lama, kalian paham kan. Saya bersama kedua teman saya memilih jalur lama melewati kuburan pinggir jalan pas tanjakan.
Dulu atau mungkin sampai saat ini Desa Garung menyediakan ojek sampai pos 1, kamu bisa memakai jasa mereka untuk menyingkat waktu pendakian hingga sampai di pos pestan setelah pos 3 Sedlupak Roto. Waktu itu saya memilih untuk jalan kaki saja, setidaknya bisa untuk pemanasan sebelum akan bertemu tanjakan-tanjakan yang akan membuat lutut tambah linu.
Sesampainya pertengahan perjalanan pendakian jauh sebelum pos 1 kami bertiga kehujanan, hujan yang begitu lebat, sore yang basah untuk sebuah pendakian kedua kalinya ke gunung sumbing. Sampai di pos 1 menjelang mau maghrib, sore itu pos 1 sumbing via Garung sangat ramai oleh pendaki. Menjelang petang, seusai shalat maghrib kami bertiga melanjutkan perjalanan dengan menyusuri hutan dengan trek sumbing yang begitu sedikit sekali bonus dan selalu menemukan tanjakan-tanjakan yang curam dan ditambah lagi dengan tanah basah yang sudah menjadi tanah liat, licin ketika dipijak.
Siapa saja yang pernah menyusuri trek hutan sumbing dari Desa Garung tentu akan tahu bagaimana tanjakan yang panjang dari pos 2 Genus hingga pos 3 Sedlupak Roto. Ketika sampai di trek tanjakan ini, kamu perlu menyiapkan lututmu dengan tanjakan yang panjang tanpa bonus hingga di bawah pestan ( pasar setan ). Karena kondisi tanjakannya yang curam dan licin habis diguyur hujan yang lebat, para pendaki yang melewati jalur ini berusaha sepelan mungki, sefokus mungkin agar tidak jatuh karena licin.
Ketika akhirnya giliran saya yang akan melewati trek berlumpur, saya mendongak ke atas melihat kedua teman saya yang menunggu dengan rasa capek, kedua kalinya saya mendongak keatas tidak ada apa-apa. Hingga akhirnya, saya mendongak ketiga kalinya samar samar saya melihat wanita membelakangi kedua teman saya berdiri memakai kain putih lusuh dengan rambut panjang yang terurai berantakan. Saya menatap terus menerus dengan rasa penasaran barangkali itu manusia, dan lama kelamaan samar-samar yang membelakangi kedua teman saya hilang, sengaja saya tidak cerita. Peraturan pertama dan yang utama ketika kamu di gunung; jangan bilang siapapun kalau kamu sedang melihat sesuatu yang tak kasat mata, biarkan saja.
Kejadian berikutnya setelah perjalanan turun dari tempat kami bertiga mendirikan tenda, hari masih mendung kala itu. Setelah dari puncak, kami memasak logistik yang tersisa di dalam tenda, di luar gerimis semakin deras dan kabut semakin membalut suasana area pestan (baca : pasar setan). Masakan seadanya itu masih nikmat disantap di tempat sedingin ini, cukup bisa mengisi energi kembali untuk melanjutkan perjalanan turun ke basecamp. Begitu selesai makan dan melipat kembali tenda dan peralatan gunung ke dalam tas carier, setelah berdoa agar perjalanan dilancarkan sampai ke basecamp, kami kemudian melanjutkan perjalanan turun dengan waspada dan hati-hati karena jalur trek pendakian masih basah dan licin.
Hingga akhirnya kami bertiga sampai di basecamp jam 20.00 WIB habis isya, karena kami hanya jalan kaki dari pos 1 sampai basecamp. Sesampainya di basecamp kami terkejut ternyata teman kami yang dari Wonosobo jemput kami, sepertinya mereka trauma karena kejadian Gunung Sindoro beberapa tahun yang lalu. Alhamdulillah kami dijemput, rencana mau tidur di basecamp akhirnya di batalkan.
Siapa saja yang pernah menyusuri trek hutan sumbing dari Desa Garung tentu akan tahu bagaimana tanjakan yang panjang dari pos 2 Genus hingga pos 3 Sedlupak Roto. Ketika sampai di trek tanjakan ini, kamu perlu menyiapkan lututmu dengan tanjakan yang panjang tanpa bonus hingga di bawah pestan ( pasar setan ). Karena kondisi tanjakannya yang curam dan licin habis diguyur hujan yang lebat, para pendaki yang melewati jalur ini berusaha sepelan mungki, sefokus mungkin agar tidak jatuh karena licin.
Kami sampai di tanjakan tersebut menjelang jam 23.00 WIB malam, rencana kami akan buka tenda dibawah pestan dan setelah pos 3. Perlu kamu ketahui bahwa pestan adalah tempat yang lapang dan tidak ada rimbunan pohon, untuk menghindari badai kamu harus mencari rerimbunan pohon.
![]() |
Suasana pagi hari camp di bawah Pestan (Pasar Setan ) Gunung Sumbing. |
Ketika akhirnya giliran saya yang akan melewati trek berlumpur, saya mendongak ke atas melihat kedua teman saya yang menunggu dengan rasa capek, kedua kalinya saya mendongak keatas tidak ada apa-apa. Hingga akhirnya, saya mendongak ketiga kalinya samar samar saya melihat wanita membelakangi kedua teman saya berdiri memakai kain putih lusuh dengan rambut panjang yang terurai berantakan. Saya menatap terus menerus dengan rasa penasaran barangkali itu manusia, dan lama kelamaan samar-samar yang membelakangi kedua teman saya hilang, sengaja saya tidak cerita. Peraturan pertama dan yang utama ketika kamu di gunung; jangan bilang siapapun kalau kamu sedang melihat sesuatu yang tak kasat mata, biarkan saja.
Kejadian berikutnya setelah perjalanan turun dari tempat kami bertiga mendirikan tenda, hari masih mendung kala itu. Setelah dari puncak, kami memasak logistik yang tersisa di dalam tenda, di luar gerimis semakin deras dan kabut semakin membalut suasana area pestan (baca : pasar setan). Masakan seadanya itu masih nikmat disantap di tempat sedingin ini, cukup bisa mengisi energi kembali untuk melanjutkan perjalanan turun ke basecamp. Begitu selesai makan dan melipat kembali tenda dan peralatan gunung ke dalam tas carier, setelah berdoa agar perjalanan dilancarkan sampai ke basecamp, kami kemudian melanjutkan perjalanan turun dengan waspada dan hati-hati karena jalur trek pendakian masih basah dan licin.
Saran saya, jika menjelang maghrib sebaiknya pendakian dihentikan, istirahat dulu. Karena menjelang maghrib hantu-hantu dan segala hal yang tak kasat mata akan bermunculan. Di waktu Maghrib ini, sebaiknya kita berdoa kepada Tuhan meminta keselamatan team hingga pulang kembali.Singkat cerita, begitu melewati pos 2 mau sampai pos 1 trek mulai berubah menjadi jalur air hingga di jalur trek ini kami harus pelan, jaga-jaga kalau jatuh. Sampai di jalur ini menjelang maghrib, sepanjang jalan turun saya paling belakang, bang botak masih sebagai leader team di depan. Hingga pas adzan maghrib tiba-tiba saya melihat dua anak kecil berseliweran, dua anak kecil gundul tanpa pakai baju itu sesekali menatap kami bertiga kemudian menghilang lagi. Kadang kedua anak kecil yang saya lihat itu berdiri di depan team kami, menatap tajam ke arah saya kemudian menghilang lagi.
Hingga akhirnya kami bertiga sampai di basecamp jam 20.00 WIB habis isya, karena kami hanya jalan kaki dari pos 1 sampai basecamp. Sesampainya di basecamp kami terkejut ternyata teman kami yang dari Wonosobo jemput kami, sepertinya mereka trauma karena kejadian Gunung Sindoro beberapa tahun yang lalu. Alhamdulillah kami dijemput, rencana mau tidur di basecamp akhirnya di batalkan.
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon