MENU

Menu
  • Home
  • #TRAVELNOTE
    • Gunung
    • Refleksi
    • Malam Jumat
    • Cerita Perjalanan
  • LINIMASA
    • Catatan Pinggir
    • Catatan Kaki
  • ABOUT
  • DISCLAIMER
  • KATA-KATA
  • TRAVEL BLOGGER
#Travelnote Jalan-jalan KENAWA DAN SUMBAWA

KENAWA DAN SUMBAWA

Jalan-jalan



"Timur Indonesia selalu memberikan kehebatan alamnya, selalu berhasil memaksa mata untuk tetap mengagumi setiap lekukan alamnya yang begitu mempesona mata, dan sebuah pulau yang bernama Kenawa bisa membuat saya jatuh cinta, jatuh cinta ratusan bahkan ribuan kali untuk selalu rindu ingin kembali menjamahnya"

Saya selalu jatuh cinta dengan Indonesia timur, alam dan manusianya yang begitu ramah, makanannya yang berhasil bikin nagih dan ingin terus nambah lagi. Selalu ingin makan nasi puyung, plecing, ayam taliwang dan sate bulayak. Saya pernah ingat kata teman saya ; “Jika ingin merasakan rindu pada suatu tempat, rasakan makanan khas di satu tempat itu”. Bayangkan saja, makanan khas Lombok yang saya sebut diatas itu selalu berhasil membuat lidah saya ketar ketir dan seperti biasa, menambah lagi, lagi dan lagi. Road trip ke Indonesia timur di mulai dari pulau Lombok, rutenya Lombok – Sumbawa.

Di Lombok kami bertiga hanya bisa berkesempatan menikmati senja di bukit malimbu 1, senja di tanah sasak yang selalu saja membuat rindu, ya rindu untuk ingin menikmatinya lagi.  Tanggal 12 september. Kami ber-empat ( Adioz, Enzat, Daniawan dan saya sendiri ) start dari penginapan Nusantara 1 di Mataram tepat di depannya Mataram Mall. Waktu itu, jam menunjukkan jam 07.00 pagi WITA, kami berangkat memakai kendaraan roda dua alias motor, seharusnya kami berangkat jam 5.00 pagi setelah subuh karena berbagai kendala dan alasan yang (mungkin) bisa diterima dg logika akhirnya kami berangkat agak siang. Adioz adalah tuan rumah selama road trip antara Lombok dan Sumbawa, tuan rumah yang baik, tuan rumah sekaligus guide kami selama di Sumbawa, karena titik fokus trip Indonesia timur kali ini ada di Sumbawa.

Ber – empat kami berangkat memakai motor, melaju dengan santai menikmati lalu lalang orang yang sedang berangkat ke tempat kerja sementara kami liburan. Sebegitu menikmatinya kami hingga tangan saya menyetir pegal, kurang lebih perjalanan menuju pelabuhan Kahyangan memakan waktu selama 3 jam. Sampai di pelabuhan Kahyangan, kami mengantri, di pelabuhan ini yang memakai kendaraan pribadi akan diperiksa SIM dan STNK nya oleh polisi lalu lintas, jadi sebaiknya sebelum menyebrang ke Sumbawa alangkah baiknya melengkapi surat-surat agar tak jadi masalah nantinya.

Di atas kapal menuju pelabuhan Pototano



Makan siang di berugak, pulau Kenawa.
Setelah membeli tiket, kami masih mengantri. Mengantri bersama orang-orang lokal yang ingin juga menunggu kapal ferry menyebrang ke Sumbawa. Waktu itu cuaca begitu cerah. Penantian akhirnya selesai sudah, benar kata orang-orang : “yang namanya menunggu selalu tidak mengenakkan” dan kapal sudah merapat ke pelabuhan, waktu itu bang Enzat yang saya suruh nyetir motor sekaligus parkir di kapal, tangan saya sudah pegal pegang stir, mungkin karena kurang istirahat atau semacamnya. Begitu memasuki kapal, kami lanjut menaiki tangga, mencari tempat aman untuk duduk dan mengabadikan foto diatas kapal. Dapat tempat duduk dengan meja bundar, begitu kapal melaju angin kencang juga melaju dengan kencang, saya tak kuat menerima angin yang begitu keras, dari pada masuk angin saya memutuskan untuk tiduran didalam kapal, terserah deh mereka mau kayak gimana di luar ruangan yang penting saya tak masuk angin. 

Ga lucu dengernya kalau selama trip saya demam dan akhirnya tak bisa kemana-mana. Waktu penyebrangan dari pelabuhan Kahyangan ke pelabuhan Pototano memakan waktu sekitar 1,5 – 2 jam dengan ombak samudera Hindia yang begitu keras, kapal goyang dan untung saja saya tak muntah-muntah. Sekitar 1,5 sampai 2 jam – an menghabiskan waktu di kapal akhirnya kapal bersandar di pelabuhan Pototano, cuaca mendukung untuk pergi ke pantai dan menghitam. Setelah motor keluar, kami ber – empat langsung mencari tempat untuk bernaung karena ketika itu cuaca begitu cerah dan panas membara. 

Kami bernaung sembari menghubungi nelayan yang mempunyai kapal untuk menyebrang ke pulau Kenawa, namanya pak Najib, beliau begitu bersahaja dan ramah terhadap tamunya. Waktu itu kami menunggu pak Najib selama 25 menit, akhirnya kami bertemu dengan pak Najib, kesepakatan harga sewa kapal pulang pergi 150.000 untuk empat orang, lumayan murah. Ya lumayan murah, karena Adioz yang nawar jadi murah, ngomong-ngomong Adioz adalah teman yang pintar nawar harga dengan gaya sok kenal sok dekatnya.



Kami kemudian pergi ke rumah pak Najib untuk parkir motor, dan melanjutkan perjalanan dengan memakai kapal nelayan. Perjalanan menyebrang ke pulau Kenawa hanya memakan waktu selama 30 menit dengan ombak dan arus yang begitu deras. Setelah pasang posisi masing-masing, kapal berangkat dengan tenang, ya setenang hati saya yang saya paksakan untuk tenang, padahal jantung berdebar cepat takutnya kapal tenggelam. 30 menit berlalu dan selamat datang di pulau Kenawa, selamat datang di pulau yang begitu eksotis dan mengagumkan bawah lautnya. Aktifitas yang pertama kali kami lakukan adalah mencari berugak (semacam shelter terbuat dari kayu) untuk bernaung dari panasnya matahari sembari istirahat dan makan siang. Makan siang dengan keluarga baru dan saudara baru. Sejam berlalu, makan sudah selesai. 


Aktifitas selanjutnya take foto dan ber – selfie ria dengan bukit pulau Kenawa, sementara saya. Saya fokus berjemur ria, menghitamkan kulit yang sudah hitam ke air laut sambil menyelam dan renang. Sungguh pulau Kenawa menyimpan sebuah kekayaan laut yang begitu mempesona, indah dan mengagumkan. Ketika itu, pak Najib bercerita bahwa bulan lalu rumput-rumput dan ilalang di pulau Kenawa kebakaran, entah siapa yang membakar, tapi ketika saya kesana rumput-rumput di tanah Kenawa gosong dan kering. Naik ke puncak Kenawa, di atas sana kami melihat pemandangan yang luar biasa, laut yang tak ada ujung, sumbawa yang panas dan timur yang mengagumkan. 

Saat itu kecintaan saya pada pulau Kenawa yang tak berpenghuni tersebut semaki menjadi-jadi. Setelah mereka-mereka sibuk ber – selfie dan take foto, mereka lanjut untuk berenang ke laut meski hari cukup panas. Ada satu orang yang ngorok di berugak, dia tidur sambil ngorok pakai sleeping bag dan dia seorang Daniawan, ngorok dengan kencangnya sampai kami tertawa dibuatnya.



Pada akhirnya, wisata bahari akan dibutuhkan oleh siapapun sebagai anak bangsa negeri ini, negeri maritim yang dipisahkan oleh laut. Wisata bahari menyadarkan kita dan mengajarkan kita bahwa kekayaan terbesar Indonesia adalah laut. Dan sebagai anak bangsa Indonesia, kita harus menyadari bahwa laut adalah tentang sejarah masa silam, tentang majapahit, tentang nenek moyang, tentang kejayaan masa lalu yang tak pernah padam. Ajarkanlah pada generasi penerus bahwa hal yang paling penting untuk memahami Indonesia sebagiannya ada di laut, laut yang selalu menyimpan ribuan peristiwa sejarah masa silam.


Selamat datang di pulau Kenawa

Bawah laut pulau Kenawa
Sore hari tiba, main-main dengan laut pulau Kenawa selesai sudah, waktunya kami menyebrang kembali ke rumah pak Najib. Hal yang paling lucu ketika perjalanan kembali adalah kapal yang mesinnya sudah dinyalakan tapi malah memutar kembali ke bibir pantai lagi, seketika suara gaduh tawa dari kami membuncah tapi pak Najib tetap fokus, pak Najib dengan anaknya tetap fokus untuk membawa kami menyebrang.

Sangat dramatis sekali ketika perjalanan kembali, ombak ketika itu begitu tinggi, arus yang begitu kencang. Mesin kapal tak sanggup melawan arus, pak Najib mencoba untuk membawa kapal mengalir di arus karena kalau dilawan sama saja, akan memutar lagi. Jantung saya berdetak kencang berpikir bagaimana kalau ini tenggelam, sementara tertawa yang tadinya membuncah dari teman-teman yang lain seketika hening, mereka diam.

Entah jantung mereka berdetak kencang seperti saya juga atau tidak. Beberapa jam perjalanan kembali, akhirnya sore hari jam 17.00 WITA kami sampai di depan pelabuhan Pototano, melihat suasana alam pelabuhan Pototano waktu itu begitu indah, anak-anak yang duduk sore memandangi kami, kami adalah saudara asing yang bertamu di tempat mereka.



Kapal merapat tepat di dekatnya rumah pak Najib, di pikiran kami hampir semua sama apa yang akan pertama kami lakukan setelah tiba di rumah pak Najib ; hanya ingin ke kamar mandi, itu saja. Karena didepan rumah pak Najib ada yang jual gorengan (tempe dan tahu) berikut kecapnya, kami beli dan menikmati gorengan itu sambil menunggu yang lain dari kamar mandi. Sambil menikmati gorengan dan menunggu antrian kamar mandi, kami bercengkrama dan take foto dengan anak- anak kampung Pototano dan juga bersama keluarga besar pak Najib.

Sungguh baik sekali keluarga itu, pak Najib seperti orang tua sendiri. Saya selalu bersyukur karena terus dipertemukan oleh orang orang baik seperti pak Najib. Semoga suatu pak saya dan teman- teman bisa mengunjungi rumah bapak lagi, dan jika suatu hari itu datang , semoga bapak masih ingat sama kami.

Di Maluk makan bersama dengan keluarga baru

Selesai semua mandi, packing ranselpun juga selesai. Motor di nyalakan dan satu persatu pamit sama yang empunya rumah, pak Najib. “sungkem pak, kami mohon pamit, semoga suatu hari bisa singgah kesini lagi pak”. Dan motorpun melaju, ya melaju dengan santai menuju Maluk, tempat kami ber – empat menginap, istirahat dan mandi tentunya.

Di Maluk, keluarga baru menanti, saudara – saudara barum teman baru dan destinasi yang sesungguhnya menanti. ah Indonesia timur, kenapa kau selalu bikin saya selalu rindu untuk kembali.

travelnote

Author : travelnote

Share this

Related Posts

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

6 komentar

Write komentar
Unknown
09 January, 2016 delete

asli kangen banget, harus kesana lagi

Reply
avatar
travelnote
09 January, 2016 delete

Mauk banget kalau kesana lagi, naik motor lagi dari lombok, asik banget om hehe

Reply
avatar
Adie Riyanto
12 January, 2016 delete

Waah, aku ke sini November kemarin. Belum aku tulis nih. Savananya gersang banget. Masih itungan musim kemarau kayaknya ya hehehe :)

Reply
avatar
travelnote
13 January, 2016 delete

tulis mas biar bisa di baca hehehe, ya masih itungan kemarau

Reply
avatar
pranika giri hastuti
17 July, 2018 delete

om btw kontak pak najib ada kah?
biaya dr kahyangan- pototano brp ?
tks om

Reply
avatar
travelnote
25 July, 2018 delete

Waduh nomernya pak najib ilang tuh mba, temen sih yang punya. Coba kalo kesana mba nya tanya rumah pak Najib gitu nanti di arahin

Reply
avatar

Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon

Subscribe to: Post Comments (Atom)

sering dibaca

  • GILI LABAK, SEPOTONG SURGA DI TIMUR MADURA
    Full tim kecuali bapak-bapaknya ( Foto di pelabuhan Kalianget )  Di pagi hari itu, tanggal 25 mei 2014, tepat  jam 03.30 pag...
  • Merapi Jalur Kinahrejo
    Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng n...
  • WISATA ALAM POSONG
    Lanskap Posong dengan latar Gunung Sindoro Hari minggu kemarin, saya menyempatkan mengisi liburan ke taman wisata alam Posong yang ter...
  • Gunung Lawu jalur Candi Cetho (cerita foto)
    Gunung Lawu terletak diantara Desa Karanganyar Jawa tengah  yang juga berbatasan dengan Magetan Jawa timur mempunya 3 jalur pendakian res...
  • Membaca Diri
    Pada perjalanan yg menghangatkan ingatan. Langkah kaki gontai mengarah pada tujuan yg tak kunjung datang. Pelantun lagu kebeb...
  • Merbabu, Jalur Suwanting.
    Seringkali saya menyebut  gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabanany...
  • Gunung Prau Yang Menawan
    Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali ini saya ke Gunung P...
  • Rindu (MONOLOG PAGI)
    Menunggu senja di pantai dekat rumah Rumah bagi saya adalah tempat yang begitu teduh, nyaman dan tenang. Rumah adalah surg...

media sosial


Copyright © #Travelnote
Created by Arlina Design | Distributed By Gooyaabi Templates