MENU

Menu
  • Home
  • #TRAVELNOTE
    • Gunung
    • Refleksi
    • Malam Jumat
    • Cerita Perjalanan
  • LINIMASA
    • Catatan Pinggir
    • Catatan Kaki
  • ABOUT
  • DISCLAIMER
  • KATA-KATA
  • TRAVEL BLOGGER
#Travelnote Jalan-jalan Menyeduh Surga di Gili Meringkik

Menyeduh Surga di Gili Meringkik

Jalan-jalan





Sudah terlalu lama rasanya tak menulis di blog pribadi, kalau sudah muncul kemalasan menulis pasti akan lama sekali tak mengisi tulisan di blog. Hanya sesekali rindu menari di atas keyboard laptop atau senyum senyum sendiri membaca hasil dari tulisan yang pernah di upload di blog. Maklum semenjak 6 bulan terakhir ada di kampung, mengurus Abah yang sakit dan meninggalkan segala kegiatan di Jogja. Sudah cukup kali ya basa basinya hehe..

Gili meringkik adalah sebuah pulau kecil dan secara administrasi masuk ke Lombok timur. Sebenarnya saya sudah lama kesini, sekitar tahun 2013 ketika setelah nge-trip dari gili kondo, Tanjung ringgit dan dari pantai Pink. Setelah teman-teman saya yang dari Jakarta sudah pulang ke habitat masing-masing, saya masih di tahan sama teman saya di daerah Praya, mau di ajak mancing ke Gili Meringkik, berangkat subuh. Karena terlalu lama di tahan ga boleh pulang dulu, ga terasa saya di daerah Praya selama 10 hari. 






Perjalanan ke gili meringkik di iringi matahari terbit dari ufuk timur, benar benar indah



Matahari pagi mulai terbit dari timur ketika sedang di tengah laut di atas perahu


Perjalanan menuju Lombok timur dari Praya lumayan lama, sebelum berangkat kami berdua membeli nasi balap di daerah pasar Karanglebah. Sekitar 2 jam perjalanan pakai motor menuju Tanjung luar. Lucunya ketika isi bensin di pom, nasi bungkus tadi yang di beli ketinggalan di pom bensin, begitu ingat ketika sudah sampai di lokasi dan mau nyebrang ke gili meringkik. Karena saya ikut komunitas mancing jadinya bayar cuma 10.000 saja menyebrang ke Gili Maringkik.

Sekitar 30 menit perjalanan laut menuju Gili, begitu sampai saya di suguhkkan dengan pemandangan luar biasa mengagumkan. Laut biru, langit biru dan manusia manusia timur yang begitu ramah. Penghuni gili Meringkik di dominasi oleh suku bugis dan kebanyakan mereka berprofesi sebagai nelayan. Yang saya lakukan pertama kali ketika sampai di pulau meringkik adalah ber-selfie ria, sepertinya budaya yang tidak akan pernah lupa kalau lagi traveling ke suatu tempat hehe. 

Teman teman yang lain sudah mulai dengan pancingannya, saya ikut-ikutan memancing siapa tahu dapat, apesnya dari pagi sampai siang nyaris menjelang sore saya hanya mendapatkan dua ekor ikan itu saja ikan kecil. Karena air gili meringkik begitu jernih, saya bisa melihat ikan yang di pancing ketika memakan umpan, kalau umpan pancingnya di lempar jauh ya ga kelihatan.


Landscape gili meringkik menjelang sore hari
biasanya jembatan ini di pakai untuk kapal berlabuh dari lombok


“PADA DASARNYA SELURUH MANUSIA ADALAH BAIK, DI GILI INI SAYA DAN TEMAN SAYA DI TAWARI MAKAN SIANG OLEH PENDUDUK SETEMPAT, SIAPA YANG MAU MENOLAK KAN” 

Menjelang siang, perut mulai berontak seperti berteriak pengen makan, saya berdua dengan teman saya berniat mencari warung makan dan ternyata kami tak menemukannya. Kebingungan mencari warung makan, salah satu penduduk di gili ini menawari saya dan teman saya makan bersama, kebetulan bapak dan keluarganya tersebut mau makan siang juga, di moment ini saya merasa bahwa Tuhan mengganti dua nasi bungkus saya dan teman saya yang ketinggalan di pom bensin di ganti dengan makan bersama salah satu penduduk di gili Meringkik.

Luar biasa dan speacless banget waktu itu. Karena lesehan, di depan saya menu nya menggairahkan, menu yang sama dengan apa sering di makan oleh orang Madura di daerah pesisir; ikan kering, ikan yang di bikin kuah, mie rebus, telor dadar dan sambel mentah, minumnya air putih, sempurna ya kan..


Anak anak pulau yang selalu riang
Beruntungnya, di dalam perjalanan saya selalu bertemu dengan orang-orang baik. Orang orang yang senang berbagi bersama, orang –orang yang begitu ramah yang dikirimkan Tuhan dan orang-orang yang mau memberikan senyuman-nya yang begitu sejuk dan ramah. Saya benar –benar besyukur dan sangat sangat bersyukur. 

Pada hari itu, kami pulang kembali menjelang matahari terbenam di sebelah barat, hari itu benar benar hari yang membuat saya rindu dengan manusia- manusia pulau yang begitu baiknya keterlaluan, bahwa Tuhan selalu bersama orang-orang yang ingin berjalan, bukankah dengan berjalan dalam perjalanan juga bagian dari rezeki dan salah satu cara untuk bersyukur akan karunia hidup yang sudah Tuhan berikan kepada kita.






















travelnote

Author : travelnote

Share this

Related Posts

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Unknown
05 December, 2018 delete

tanggal 21 Desember 2018 saya akan mencari Kak Sahani yang saya kenal di Melaka, di Gili Meringkik. Udah tiga tahun ditunggu kesempatan ini

Reply
avatar

Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon

Subscribe to: Post Comments (Atom)

sering dibaca

  • GILI LABAK, SEPOTONG SURGA DI TIMUR MADURA
    Full tim kecuali bapak-bapaknya ( Foto di pelabuhan Kalianget )  Di pagi hari itu, tanggal 25 mei 2014, tepat  jam 03.30 pag...
  • Merapi Jalur Kinahrejo
    Saya selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau tradisi dan budaya, apalagi tentang hubungan antara gunung dengan masyarakat lereng n...
  • WISATA ALAM POSONG
    Lanskap Posong dengan latar Gunung Sindoro Hari minggu kemarin, saya menyempatkan mengisi liburan ke taman wisata alam Posong yang ter...
  • Gunung Lawu jalur Candi Cetho (cerita foto)
    Gunung Lawu terletak diantara Desa Karanganyar Jawa tengah  yang juga berbatasan dengan Magetan Jawa timur mempunya 3 jalur pendakian res...
  • Membaca Diri
    Pada perjalanan yg menghangatkan ingatan. Langkah kaki gontai mengarah pada tujuan yg tak kunjung datang. Pelantun lagu kebeb...
  • Merbabu, Jalur Suwanting.
    Seringkali saya menyebut  gunung merbabu sebagai rinjani-nya Jawa. Memiliki tekstur keindahan sendiri, termasuk dengan sabanany...
  • Gunung Prau Yang Menawan
    Beberapa kali saya ke Gunung Prau, beberapa kali juga saya melewatinya dari jalur Desa Patak Banteng. Dan baru kali ini saya ke Gunung P...
  • Rindu (MONOLOG PAGI)
    Menunggu senja di pantai dekat rumah Rumah bagi saya adalah tempat yang begitu teduh, nyaman dan tenang. Rumah adalah surg...

media sosial


Copyright © #Travelnote
Created by Arlina Design | Distributed By Gooyaabi Templates