Gunung menyuguhkan segalanya, melewati hutan dan melihat sisi semesta dari arah yg berbeda merupakan bagian keindahan tersendiri bagi kita, terutama saya.
Perjalanan ke gunung mempunyai kisah-kisah abadi yang hanya bisa terekam oleh otak dan panca indera, memulai pendakian di malam hari misalnya atau juga pagi hari. Semua gunung menyimpan misterinya sendiri, menyimpan kisahnya sendiri dan menyimpan bagian bagian penting yang akhirnya bergesekan dengan kita sebagai tamu di dalamnya. Kisah-kisah itu akan terus hidup meski kita sudah meninggalkan gunung yang pernah kita datangi.
Bisikan panggilan suara wanita
Ketika pertama kali saya memulai mendaki gunung, saya mencobanya di Gunung Merbabu dari Desa Wekas. Bersama beberapa teman kost dari Jogja menaiki motor hingga desa wekas, sepanjang perjalanan dari Jogja di guyur hujan deras hingga sampai Desa Wekas. Waktu itu kami sampai malam hari di Desa Wekas, saya yang tak tahu apa-apa hanya Manut pada teman yang sudah berpengalaman.
Target kami pos 2, tidak ada rencana sebelumnya untuk menggapai puncak. Sebagai seorang pemula waktu itu saya hanya Manut dan nurut apa kata senior dan yang sudah berpengalaman. Anda semua perlu tahu kalau seluruh team adalah laki-laki, semuanya pemula hanya tiga orang teman saja yang sudah berkali kali ke Merbabu melewati jalur ini.
Sehabis mengisi perut di rumahnya warga yang dijadikan basecamp, kami menyiapkan diri untuk kembali bersiap siap dan packing. Jam 9 malam tepat, kami kemudian berkumpul kembali untuk berdoa agar perjalanan pendakian malam hari diberikan kelancaran. Waktu itu saya nomer dua paling belakang, setapak demi setapak kami lewati dari melewati kebun warga dan seketika kaget melihat rumah -rumahan kecil yang ternyata di dalamnya sebuah kuburan. Konon, kata beberapa orang warga desa kuburan itu adalah leluhur mereka, sebagian lagi bilang kalau kuburan itu adalah kuburan kyai Semar. Entahlah mana yang benar, yang jelas saya kaget melihat kuburan, secara saya baru pertama kali ke tempat beginian.
Selepas pos 1 hingga menjelang pos 2, malam itu jam tangan menunjukkan jam 23.40 WIB menjelang dini hari. Sementara saya masih ngos-ngosan karena di hajar trek yang begitu curam dan sedikit sekali dapat bonus landai. Menjelang sampai pos 2 sebelum teman-teman memutuskan istirahat, sayup sayup saya mendengarkan suara perempuan yang memanggil nama saya tiga kali, "Fahmie, Fahmie, Fahmie" panggilan itu sangat jelas. Sebelum teman-teman duduk saya berusaha mencari sumber suara tersebut tanpa kompromi dulu dengan yang lain. Baru tiga langkah saya mau mencari sumber suara yang memanggil nama saya, teman saya berteriak memanggil saya sambil menyuguhkan air minum dan kacang.
Sambil makan kacang saya masih memikirkan siapa yang manggil saya tadi, suara perempuan padahal semuanya team laki- laki. Sampai sekarang suara perempuan yang memanggil nama saya masih jadi misteri hingga saat ini, mungkin biarkan saja menjadi misteri yang tersimpan rapi di hadapan semesta yang maha misteri.
Setelah beberapa menit istirahat, tibalah kami di pos 2 dengan di sambut badai. Beberapa teman saya mencari kayu bakar, mendirikan tenda diantara angin yang begitu kencang dan sebagian lagi memasak logistik untuk team. Sungguh malam itu kami semua tak bisa tidur hingga pagi menjelang, suara badai bersahut-sahutan dan angin yang bisa merobohkan tenda siapa saja. Lucunya ketika pagi hari, tenda sudah roboh oleh badai tapi teman saya masih tidur dengan nikmatnya, pakai ngorok pula.
Setelah beberapa menit istirahat, tibalah kami di pos 2 dengan di sambut badai. Beberapa teman saya mencari kayu bakar, mendirikan tenda diantara angin yang begitu kencang dan sebagian lagi memasak logistik untuk team. Sungguh malam itu kami semua tak bisa tidur hingga pagi menjelang, suara badai bersahut-sahutan dan angin yang bisa merobohkan tenda siapa saja. Lucunya ketika pagi hari, tenda sudah roboh oleh badai tapi teman saya masih tidur dengan nikmatnya, pakai ngorok pula.
Suara Gendruwo dan Monyet.
Beberapa tahun setelah kejadian yang saya alami tersebut di Merbabu jalur desa wekas, saya kembali untuk ketiga kalinya ke Merbabu lewat desa ini. Entahlah, sepertinya saya mulai jatuh cinta dengan desa ini, desa yang sejuk dengan warganya yang ramah.
Kedua kalinya saya mengantar teman dari Jakarta, ketiga kalinya juga sama ; mengantar teman dari Jakarta ketika hari kerja bukan pas weekend (Akhir Minggu). Waktu itu saya mendaki bertiga, teman saya dari Jakarta, saya dan saudara sepupu saya. Di mulai mendaki menjelang Maghrib, sepanjang jalur pendakian hanya beberapa pendaki yang kami temui, dan waktu itu saya heran karena jalur ini sepi banget.
Ketika kami bertiga sampai di pos 1 Telaga Arum, sayup sayup kami mendengar ada rombongan pendaki yang sedang turun, koreksi ; sebagian pendaki lari. Ketika kami sedang asik istirahat menikmati suara adzan maghrib di pos 1, suara orang lari tersebut semakin kencang didengar hingga akhirnya sampai di pos 1 Telaga Arum. Satu orang laki -laki agak gemuk dan umurnya sekitar 34-an lari sendirian dari atas langsung duduk dan ngos-ngosan tepat di samping kami. Kami pun kaget, teman saya bertanya apakah dia sendirian saja atau ada rombongan di belakang, orang tersebut menjawab kalau temen-temennya ada di belakang, dia disuruh duluan agar tidak hypo.
Dan ternyata pas kami sedang menanyakan teamnya, dia kedinginan hebat, secara refleks saya dan sepupu saya mencari kayu bakar sementara teman saya satunya memberikan pertolongan pertama ; mencopot sepatu dan mengoleskan minyak kayu putih agar lebih hangat. Untung saja teman saya membawa kayu pohon Pinus yang mengandung minyak, seketika kayu dikumpulkan langsung membakar kayu-kayu lainnya, orang itu minta di temenin sampai teamnya datang, dan kami menemai sampai temannya datang.
"Makasih ya mas sudah nemenin saya" jelasnya orang tersebut kepada kami
" Ya mas gapapa, saling membantu kalau di gunung mas hehe " jawab teman saya.
Tidak berselang lama rombongan temannya datang dan bilang terima kasih kepada kami karena sudah nemenin teman mereka. Mereka kemudian langsung turun, setelah berpamitan, saya dan kedua teman saya melanjutkan perjalanan hingga pos 2.
Beberapa jam menikmati jalan setapak, dengan santai tapi pasti kami bertiga sekitar jam 21.45 WIB sudah sampai di pos 2. Kami berencana setelah sampai di tempat camp langsung makan malam dan sehabis itu tidur. Pos 2 yang biasanya rame dengan pendaki, malam itu sepi sekali, tetangga sebelah tenda kami bertiga hanya berjumlah 12 orang selebihnya sepi. Tetangga sebelah ketika di tanya kapan rencana mau ke puncak, mereka bilang kalau ke puncak jam 12 malam biar dapat sunrise.
Sehabis makan dan ramah tamah dengan tetangga sebelah, tepat jam 23.30 kami semua tidur. Diantara tidur, sayup-sayup saya sendiri mendengar tetangga sebelah berangkat ke puncak perkiraan jam 00.30. saya tidak mempedulikan mereka, karena capai saya hanya ingin tidur malam itu.
Perkiraan waktu antara jam 02.00 pagi atau jam 02.30 pagi saya mendengar suara orang bertengkar, tapi itu bukan seperti suara manusia. Yang pertama saya mengenali itu suara monyet dan satunya seperti suara Gendruwo, suara itu nyata, nyata sekali. Suara itu kadang ada di depan tenda ,kadang seperti ada di belakang dan di samping. Ketika akhirnya saya ingat kalau ada sebagian logistik masih berada di luar. Saya tengok keluar tenda, ternyata tidak ada apa-apa, saya ketakutan. Saya coba bangunin saudara saya, ternyata dia juga dengar suara itu, sayup sayup kami berbisik pelan sekali,
"Kamu denger ga suara itu" tanya saya
"Ya aku denger " jawab saudara saya
"Kek suara monyet tapi satunya kek bukan suara manusia yang berantem " saya coba menjelaskan
"Yauda tidur sambil baca ayat kursi" jawab saudara saya.
Sementara teman saya malah ngorok, yang saya dengar malam itu suara Gendruwo dan Monyet yg bertengkar, sedangkan di tempat camp hanya ada tenda kami saja. Akhirnya malam itu saya memaksa tidur sambil nyumpel telinga hingga pagi. Dari saking takutnya saya. Saya tidak berani keluar malam itu, pagi harinya kami semua kesiangan, bangun jam 7 pagi, dan summit jam 08.00 pagi sehabis sarapan, sungguh pengalaman luar biasa mengerikan.
( bersambung )
( bersambung )
Tinggalkan Komentar Anda di sini, Terima kasih telah berkunjung. EmoticonEmoticon